Search This Blog

March 21, 2014

BPH

BPH  (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (PEMBESARAN PROSTAT))

Patofisiologi
- Penyebab BPH tidak dipahami dengan baik, tetapi diidentifikasi akibat androgen testikuler
- Dihidrotestosterone (DHT), suatu metabolit dari testosteron, adalah mediator pertumbuhan prostat. Demikian juga dengan estrogen.
- BPH terjadi saat jaringan prostat lebih sensitif terhadap estrogen dan kurang respon terhadap DHT.
- Faktor-faktor risiko : merokok, obesitas, konsumsi alkohol, penjakit jantung, diabetes, diet western (tinggi protein dan lemak hewani serta karbohidrat, redah serat).

Manifestasi klinik
- Obstruktive dan irritative symptomp melibpti urinary frequency, urgency, nocturia, hesitancy in starting urination, penurunan dan intermittent kekuatan aliran dan sensasi intak tuntas saat berkemih, abdomen tegang dengan urine, penurunan volume dan kekuatan aliran urine, dribbling, dan komplikasi dari akut urinary retention (lebih dari 60 mL urine tertahand alam bladder), dan recurrent UTIs. Chronic urinary retensi dan volume residual besar dapat membawa kepada azotemia (akumulasi produk sisa nitrogen) dan gagal ginjal.
- General symptoms mungkin juga ada, kelemahan, mual, muntan, anoreksia, ketidaknyamanan pelvis. Gejala lain mirip gejala urethral strikture, kanker prostat, neurogenic bladder, dan batu bladder.

Manajemen Medis
Tujuan : memperbaiki kualitas hidup, memperbaiki aliran urine, melepaskan obstruksi, mencegah progression, dan meminimalkan komplikasi.
Tindakan dengan berbagai macam operasi dari minimal invasive sampai terapi bedah surgical resection.
Komplikasi post operasi : perdarahan, formasi cloth, obstruksi catheter, sexual dysfunction.
Manajemen pasien dengan Prostatectomy

Diagnosa Keperawatan

Preoperatif
- Kecemasan tentang pembedahan dan hasilnya
- Nyeri akut berhubungan dengan distensi bladder
- Defisik pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor terkait gangguan dan protokol

Postoperative
- Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, kateter, spasme bladder
- Defisit pegnetahuan tentang perawatan post operatif

Masalah Kolaboratif
- Potensial komplikasi shock
- Potensial komplikasi infeksi
- Potensial komplikasi deep vein thrombosis
- Obstruksi kateter
- Sexual dysfunction

Intervensi Preoperatif

Mengurangi kecemasan
- Pasien sering kunjungi rumah sakit atu pusat operasi : selain supaya familier dengan lingkungan operasi dapat menciptakan komunikasi dengan pasien tentang sifat operasi serta hasil yang diharapkan. Pasien diharapkan dapat memverbalkan perasaannya tentang ketakutan, rasa bersalah, kekhawatiran, dsb.

Mengurangi ketidaknyamanan
- Bedrest, analgesik,
- Monitor pola berkemih pasien, lihat distensi bladder pasien, bantu dengan kateterisasi bila diindikasikan. Bila pasien tidak toleran dengan kateterisasi, dapat disiapkan untuk cystotomy.

Beri Instruksi
-Pada intervensi ini perawat mereview bersama pasien anatomi dan operasi yang akan dijalankan. Peraat dapat memperjelas informasi yang sudah diberikan oleh dokter bedah kepada pasien.

Menyiapkan pasien
- Memberi antiemboli stocking untuk mencegah DVT
- Melakukan enema biasannya malam hari

Intervensi Post Operatif

Mempertahankan balance cairan
- Monitor dengan ketat cairan yang keluar dan masuk
- Pasien juga dimonitor terhadap keseimbangan  elektrolit terutama terhadap hyponatremia, peningkatan tekanan darah, bingung, dan distress pernafasan. Tanda dan gejala dicatat dan dilaporkan kepada dokter.

Mengurangi Nyeri
- Monitor distensi abdomen yang mungking menyebabkan nyeri.
- Monitor tanda obstruksi
- Ketidaknyamanan juga mungkin akibat dressing yang terlalu ketat, drainase yang kurang tepat memasangnya.
- Beri analgesik sesuai advis
- Saat ambulasi dukung untuk jalan, tetapi tidak duduk terlalu lama karena akan meningkatkan tekan abdomen dan menyebabkan ketidaknyamanan dan perdarahan.
- Beri juice buah atau pelunak feses untuk memudahkan defekasi
- Bila enema dilakukan, harus dengan hati-hati untuk mencegah perforasi rectal.

Monitoring dan Memenej Potensial Komplikasi

Terhadap Perdarahan
- traksi kateter
- Monitor perdarahan, drainase,

Terhadap infeksi
- Teknik aseptik dalam mengganti balutan
- Hindari rektal termometer, rektal tubes, enema, karena dapat berisiko perdarahan di prostatic fossa.
- Setelah jahitan diambil, perineum dibersihkan
- Lampu penghangat kepada perineum untuk membantu penyembuhan; skrotum dilindungi dengan handuk saat lampu digunakan. Sitz bath juga digunakan untuk mendukung penyembuhan.
- Bila terjadi komplikasi UTIs atau epididymitis perawat memberi antibiotika sesuai advis.
- Saat pulang keluarga diinstruksikan untuk memonitor tanda infeksi : demam, menggigil, berkeringat, myalgia, dysuria, anuria frequency, dan urgency) dianjurkan untuk kontak dengan urologis bila terjadi.

Deep Vein Trombosis
- Anti embolism stocking
- Early postoperative ambulation
- Pada penderita yang memiliki risiko tinggi formasi cloth IV heparin atau SC diberikan sesuai advis.

Cateter yang obstruktive
- Observasi lower abdomen untuk memastikan kateter tidak buntuk
- Urinebag, dressing, insisi dilihat apakah ada perdarahan. Warna urine dicatat.
- Sistem drainase threeway dipakai, bila pasien merasakan nyeri, dicek dengan irigasi kelancaran drainase.
- Untuk mencegah taksi kepada bladder tube drainase (bukan kateternya) di plester dengan baik di paha sebelah dalam, beritahu maksudnya kepada pasien.
- Beritahu kepada pasien tentang masud kateterisasi, perasaan ingin kencing adalah akibat terpasangnya kateter, beritahu supaya dia tidak menarik kateter karena akan mengalami perdarahan.

Komplikasi dari pelepasan kateter
- Setelah kateter (suprapubic) diambil urine mungkin akan keluar (inkontinen), pasien perlu diberitahu bahwa itu akan surut dengan berjalannya waktu.
- Inkontinen urine dapat menurun meskipun kadang lama 1 – 2 tahun.
- Dukung untuk mengurangi inkontinen dengan  kontinen melalui :
                * meningkatkan frekuensi berkemih
                * menghindari posisi yang membuat tergesa-gesa ingin kencing
                * mengurangi minum saat beraktifitas
                * Meningkatkan kontinen dengan pelvic floor exercises, biofeedback, dan electrical stimulation.
- Mengantisipasi cairan dengan absorben pad dan membawa pakaian ekstra.
- Terali dengan collagen injection, artificial sphincter implants, medications, dan leg bags

Sexual dysfunction
- Pasien dapat mengalami disfungsi sexual sehubungan sengan disfungsi ereksi, penurunan libido, kelemahan.
- Meyakinkan bahwa libido akan kembali pulih sering kali menolong pasangan.
- Jangan sampai kelelahan saat rehabilitasi, karena ini juga akan menurunkan libido.
- Intervensi perawat meliputi mengkaji disfungsi sexual setelah operasi. Menyediakan lingkungan yang privat dan konfiden untuk mendiskusikan kepada pasien.
- Rujuk kepada sex terapist bila diindikasikan.

Mendukung perawatan di rumah
Pendidikan perawatan diri sendiri kepada pasien.
- Tentang bagaimana memenej sistem drainase, mengkaji komplikasi, mendukung pemulihan.
- Perawat memberi informasi verbal dan tulisan tentang kebutuhan untuk mempertahankan sistem drainase dan untuk memonitor urine output, perawatan luka, dan stratefi mencegah komplikasi seperti infeksi, perdarahan, dan thrombosis.
- Pasien dan keluarga perlu tahu tanda dan gejala yang perlu dilaporkan kepada dokter misalnya ada darah di urine, penuruhan keluaran urin, demam, perubahan warna drainase, bengkak di betis, dsb.
- Ajarkan pasien untuk mendapatkan kembali kontrol bladder setelah kateter dilepas :
                * Tegangkan otot perineal dengan menekan bokong bersama, pertahankan posisi ini dan
                    kemudian relax. Lakukan 10 – 20 kali tiap jam saat duduk atau berdiri
                * Coba untuk menghentikan kencing saat setelah mulai berkemih, tunggu beberapa detik 
                   untuk melanjutkan kencing.
      Pasien harus dijelaskan kapan dia akan mendapatkan kembali kontrol bladdernya. Suatu saat ia akan kembali mengalami dribble tetapi akan hilang dalam waktu 1 tahun. Urine prostat akan keruh pada beberapa minggu akan jernih sebagaimana penyembuhan prostat.
- Sementara penyembuhan fossa prostat (6-8 minggu) pasien tidak boleh melakukan aktifitas yang menimbulkan Valsalva effects karena dapat menimbulkan hematuria, dilarang mengendarai motor yang jauh, dia harus tahu bahwa makanan berempah, kopi, alkohol dapat menyebabkan ketidaknyamanan bladder.
- Pasien harus tahu komplikasi seperti perdarahan, blood cloth, penurunan aliran kencing, tanda UTIs yang harus dilaporkan kepada dokter.

Perawatan Lanjutan
- Homecare bila pasien tidak dapat ke rumah sakit karena sudah tua.
- Pasien diingatkan untuk pentingnya skreening kesehatan dan aktivitas yang meningkatkan  kesehatan. Diingatkan pentingnya follow up dan monitoring dengan dokter.

-

No comments:

Post a Comment