Urolithiasis
dan Nephrolithiasis
Urolithiasis
(batu saluran kencing) sedangkan nephrolithiasis (batu ginjal).
Pathofisiologi
Batu
terbentuk saat konsentrasi yang meningkat dari substansi-substansi seperti
kalsium oksalat, kalsium phosfat, dan asam urat. Tergantung atas jumlah
substansi, kekuatan ionik, dan pH urine.
Pembentukan
batu tidak jelas dipahami, hanya ateori-teori yang berkembang. Teori-teori :
-
defisiensi substansi yang secara normal mencegah kristalisasi di dalam urin
seperti sitrat, magnesiom, nephrocalcin, dan uropontin.
- teori
lain berhubungan dengan status cairan pasien (batu elbih mudah terjadi pada
pasien dehidrasi)
Faktor-faktor
penting formasi batu : infeksi, statis urine, periode imobilisasi, slow renal
drainase, metabolisme kalsium yang berubah.
Batu
struvit 5-10% terjadi pada psien dengan gout, 15% terjadi karena bakteri yang
menghasilkan urease-splitting seperti proteus, psedomonas, klebsiella,
staphylococcus, atau mycoplasma.
Manajemen
Medis :
Bila
batu tidak keluar spontan, dilakukan tindakan medis seperti endoscopic ,
ureteroscopik, extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL), endourologic
(percutaneous) stone removal.
Tindakan
Operasi bila tindakan-tindakan di atas tidak bisa memberi respon dengan baik.
Proses
Keperawatan
Pengkajian
:
Pasien
mengalami nyeri dan ketidaknyamanan seperti mual dan muntah, diare, distensi
abdomen.
Kaji
juga tandai UTI (demam, frequency, hesitancy) serta obsutrksi.Riwayat episode
kolik renal, serta pengetahuan pasien tentang batu ginjal.
Diagnosa
:
- Nyeri
akut berhubungan dengan inflamasi, obstruksi, dan abrasi traktus urinari
-Kurang
pengetahuan tentang pencegahan kekambuhan batu ginjal.
Masalah Kolaboratif :
- Infeksi dan urosepsi (dari UTI dan Pyelonephritis)
- Obstruksi traktus urinari oleh batu atau edema dengan subsequent gagal ginjal akut.
Intervensi
Mengurangi nyeri
- Opioid analgesic agents (IV atau IM sesuai advis) dengan IV NSID
- Dukung posisi yang nyaman
- Dukung ambulasi bila nyeri berkurang
- Tingkat nyeri dimonitor dengan ketat, beritahu dokter sehingga pasien dapat terapi adequat.
Monitoring dan memenej Potensial Komplikasi
- Tingkatkan masukan cairan untuk mencegah dehidrasi dan meningkatakan tekanan hidrostatik untuk
- Total urine output dan pola berkemih dimonitor. Ambulasi didukung untuk menggerakkan batu melalui traktus urinary.
- Kencing disaring dengan gouze, inspeksi adanya batu dan cloth darah.
- Karena batu ginjal meningkatkan risiko infeksi,, sepsis dan opstruksi, pasien diinstruksikan untuk melaporkan penurunan volume urine, urine yang keruh dan berdarah, demam dan nyeri.
- Pasien diinstruksikan untuk melaporkan peningkatan nyeri mendadak karena mungkin batu akan membuat obstruksi ureter.
- Vital sign dipantau dengan ketat terhadap tanda infeksi.
- Antibiotika sesuai advis
Mendukung asuhan di rumah
- Ajarkan pasien tentang pencegahan kekambuhan batu.
- Ajarkan minum yang banyak 3000-4000 mL tiap 24 jam.
- Kultur urine mungkin perlu diambil tiap 1 - 2 bulan
- Bila pasien telah melalui tindakan misalnya lithoripsi, ureteroscopy,
atau tindakan prosedur terapi lainnya harus diberitahu komplikasi yang perlu
dilaporkan kepada dokter.
- Jika pasien degnan ESWL pasien diberitahu untuk meningkatkan minum, untuk
mendukung pengeluaran batu yang dapat terus terjadi sampai 6 minggu sapai
bebreapa bulan setelah prosedur. Pasien diberi informasi tentang komplikasi
prosedur tentang hematuria tetapi itu seharusnya akan hilang dalam 4 – 5 hari.
- Bila pasien memakai stent, hematuria akan terjadi sampai stent diambil.
Pasien diinstruksikan melaporkan terjadinya panas badan lebih dari 38 Celsius.
Edukasi Pasien Pencegahan Batu Ginjal
- Hindari intake protein; biasanya dibatasi 60 gram / hari
- Intake sodium 3-4 gram / hari. Hindari garam meja. Karena sodium
berkompetensi dengan calsium untuk reabsorbsi di ginjal.
- Low calsium diet tidak direkomendasikan kecuali memang terjadi absorptive
hypercalciuria. Membatasi kalsium terutama pada wanita dapat membawa kepada
osteoporosis.
- Hindari intake oxalate-containing foods (misal bayam, strawberries,
kelembab, teh, kacang tanah, kulit gandum)
- Konsumsi air minum (idealnya air) tiap 1 – 2 jam.
- Minum 2 gelas air sebelum tidur dan tambahan 1 gelas setiap terbangun
untuk mengurangi konsentrasi urine yang terlalu pekat.
- Hindari aktivitas yang membawa kepada peningkatan tiba-tiba yang
menyebabkan berkeringat berlebihan dan dehidrasi.
- Kontak penyedia layanan kesehatan primer saat ada tanda awal infeksi
saluran kencing.
Batu kalsium
- Pengurangan diet kalsium dipertanyakan, kecuali bila pasien mengalami
tipe II absorptive hypercalciuria (1/2 dari semua pasien dengan batu kalsium)
- Intake cairan yang banyak bersama dengan diet protein dan garam karena
keduanya meningkatkan konsentrasi kalsium pada urine.
- Medikasi dengan amonium chlodire mungkin dapat digunakan, dan bila
peningkatan produksi parathormone (meningkatkan serum kalsium) maka digunakan
thiazide untuk mengurangi kehilangan kalsium dan menurunkan level parathormone.
Batu Asam Urat
- Pasien diharapkan untuk diet rendah purine untuk menurunkan ekskresi asam
urat di dalam urine
- Diet tinggi purin yang harus dihindari : kerang, ikan-ikan kecil,
asparagus, jamur, jeroan. Dan protein lain perlu dibatasi.
- allopurinol diresepkan untuk mengurangi serum asam urat
Cystine Stone
- Diet rendah protein, urine dibasakan, dan intake cairan ditingkatkan.
Oxalate Stones
- Pertahankan urine jernih dan batasi intake oksalate. Makanan yang tinggi
oxalate : spinach, strawberries, rhubarb, chocolate, tea, peanuts, dan wheat
bran.
-
No comments:
Post a Comment