Search This Blog

September 30, 2011

Askep Kejang / Epilepsi

Gangguan Kejang

Gangguan Kejang
•Adalah episoda aktivitas tidak normal dari motorik, sensorik, autonomik, atau psikik (atau kombinasi itu semua) sebagai akibat pengeluaran berlebihan sel-sel saraf serebral
•Penyebab dasarnya adalah gangguan pelepasan listrik yang tidak normal di bagian tertentu di dalam otak

Penyebab spesifik bervariasi, idiopatik (genetic, developmental defects) and acquired /didapat.



Penyebab meliputi :
•Cerebrovascular disease
•Hypoxemia of any cause, including vascular insufficiency
•Fever (childhood)
•Head injury
•Hypertension
•Central nervous system infections
•Metabolic and toxic conditions (eg, renal failure, hyponatremia, hypocalcemia, hypoglycemia, pesticides)
•Brain tumor
•Drug and alcohol withdrawal
•Allergies

Pengkajian Selagi Kejang
•Keadaan sebelum Kejang (stimuli visual, auditory, olfaktory, taktile, gangguan emosi, psikologi, tidur, hiperventilasi)
•Hadirnya aura (sensasi warning sebelum kejang bisa visual, auditory, olfactory)
•Hal pertama yang terjadi saat kejang (dimana gerakan atau kekakuan terjadi, posisi pandangan konjugasi, posisi kepala)
•Tipe gerakan, bagian tubuh yang terlibat

•Area tubuh yang terlibat
•Ukuran pupil, apakah mata terbuka
•Apakah mata atau kepala berpaling ke samping
•Ada tidaknya automatisms (aktivitas involunter)
•Inkontinen urine atau stool
•Durasi tiap kejang
•Tidak sadar, durasinya
•Adanya paralisis atau kelemahan setelah kejang
•Tidak mampu bicara saat kejang
•Gerakan-gerakan setelah kejang
•Apakah pasien tidur atau tidak setelah kejang
•Status koqnitif setelah kejang (bingung atau tidak)

•Setelah Kejang
Peran perawat : dokumentasikan kejadian yang membawa kejang dan selama kejang, dan mencegah komplikasinya.

Epilepsi
•Adalah sekelompok syndromes yang dikarakteristikkn dengan kembalinya kejang tanpa provokasi.
•Tipe dibedakan oleh bagaimana manifestasinya : 1) generalized seizures and 2) partial-onset seizures
•Epilepsy dapat primer (idiopathic) or sekunder (penyebab diketahui : misal tumor otak)

Etiology
•Banyak tak diketahui
•Trauma lahir, asphyxia neonatorum, head injuries, infectious diseases (bacterial, viral, parasitic), toxicity (carbon monoxide and lead poisoning), circulatory problems, fever, metabolic and nutritional disorders, or drug or alcohol intoxication
•brain tumors, abscesses, and congenital malformations.
•Paling banyak kasus epilepsy adalah idiopathic (penyebab tidak diketahui).
Pathophysiology
•Adanya ledakan energy elektrochemical sel saraf saat menjalankan fungsinya.
•Pasien dapat mengalami kehilangan kesadaran

Manifestasi Klinis
•Tergantung lokasi neuron yang melepaskan, rentang dari yang sederhana tanpa kejang sampai yang lama hingga kehilangan kesadaran.
•Pola awal mengindikasikan letak asalnya di dalam otak.

•Pada kejang yang kompleks penderita dapat bergerak pelan, gerak otomatis tapi tidak tepat, emosinya berlebih, takut, marah, gembira, atau peka rangsang

•Sering kali penderita tidak ingat kejadiannya.

•Generalized seizures, disebut kejang grand mal. Melibatkan kedua hemisfer otak sehingga kedua sisi tubuh

•Dapat terjadi intens rigiditas seluruh tubuh, lalu relaksasi dan kontraksi tubuh (tonic-clonic contraction)
•Stimulasi pada diaphragma dan otot dada  epileptic cry.
•Lidah sering tergigit, inkontinen urine / feses.
•Setelah 1 -2 menit gerakan convulsive mulai menurun, pasien relax, deep coma, bernafas keras.
•Respirasi abdomen. Setelah kejang pasien sering bingung dan sulit untuk bangun mungkin tidur beberapa jam.
•Dapat sakit kepala, nyeri otot, lemah, depresi

Perawatan selama Kejang
•Beri privasi, jangan sampai jadi tontonan
•Tenangkan pasien di lantai jika mungking
•Ease the patient to the floor, if possible.
•Lindungi kepala dari benturan
•Bebaskan pakaian yang ketat.
•Singkirkan perabot yang dapat melukai pasien.
•Bila pasien di tempat tidur, ambil bantalnya dan pasang pengaman.

•Jika pasien memberitahu sedang akan kejang (ada aura) --. Pasang airway untuk mencegah lidah tergigit.
•Jangan paksa membuka mulut pasien jika sedang kejang.
•Jangan mencoba memasang restrain saat kontraksi  dapat memicu kerusakan muskuloskeletal.
•Bila mungkin miringkan pasien dengan kepala fleksi ke depan mencegah lidah jatuh dan mendukung drainase saliba / mucus. Suction bila perlu

Perawatan setelah Kejang
•Biarkan pasien miring untuk mencegah aspirasi. Pastikan airway patent
•Pasien yang mulai sadar segera diorientasikan kepada lingkungan
•Bila terjadi agitasi setelah kejang (postictal), gunakan persuasi yang lembut dan restrain yang lembut pula.

Askep Disfungsi Neurologis : Peningkatan Tekanan Intrakranial

PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
ICP (Intra Cranial Pressure)
= keseimbangan volume dari JARINGAN OTAK (1400 g) + DARAH(75ml) + CSF(75 mL)

Karena keterbatasan ekspansi tulang tengkorak, peningkatan ketiga komponen di atas akan meningkatkan tekanan intra cranial.

•Tekanan intratorak (batuk, bersin, mengejan), postur, tekanan darah, oksigen sistemik, level karbondioksida --> meningkatkan ICP



Patofisiologi
•Etiologi :
-Paling sering : trauma kepala
-Tumor otak
-Perdarahan subarachnoid
-Encephalopaties toxic dan viral

Peningkatan ICP --> penurunan perfusi jaringan otak, stimulasi edema lanjut, herniasi otak
Penurunan Ali--> stimulasi pusat vasomotor --> peningkatan tekanan darah --> mpertahankan aliran darah otak. Manifestasi TD naik --> pulse lemah, napas yang ireguler

•Peningkatan tekanan parsial CO2 --> vasodilatasi serebral --> peningkatan aliran darah --> peningkatan ICP.
•Penurunan PCO2 --> vasokonstriksi --> membatasi aliran ke otak -> penurunan ICP
•Penurunan aliran vena --> meningkatkan ICP

Respon Serebral terhadap ICP
•Mempertahankan tekanan perfusi mantap bila tekanan arteri 50-150 mmHg dan ICP < 40mmHg. •CPP/cerebral perfusion pressure = mean arterial pressure – ICP •Normal CPP = 70-100 mmHg •CPP< 50 mmHg --> kerusakan neurologis ireversibel

Chusing`s response
•= Chusing`s reflex => saat CBF turun signifikan --> memicu pusat vasomotor -->respon simpatis --> peningkatan TD, pelebaran tekanan nadi, penurunan denyut jantung
•Kondisi dekompensasi --> iskemia dan infark dimulai --> perubahan status mental, tanda vital --> Bradikardia, hipertensi, bradypnea (Cushing`s triad) --> dapat terjadi herniasi otak, oklusi aliran darah serebral.

Manifestasi Klinis ICP
•Tanda awal --> perubahan tingkat kesadaran /level of consciousness (LOC)
•Berikutnya respiasi abnormal, dan respon-respon vasomotor.
•Perubahan tiba2 kondisi --> restlessness (tanpa penyebab yg jelas), bingung, ngantuk --> bisa karena komprsi otak akibat edema otak, perluasan lesi intrakranial, atau kombinasi keduanya.

•ICP meningkat --> stupor
•Pasien menjadi komatose, responmotor abnormal :
Decortication (abnormal flexi ekstremitas atas dan ekstensi ekstremitas bawah)
Decerebration (ekstensi ekstrem ekstremitas atas dan bawah)flasiditas.
Koma dalam --> pupil dilatasi, tidak ada refleks, respirasi terganggu / absen --> kematian

Tanda klasik peningkatan ICP awal:
- Gelisah, disorientasi, letargi
- Sakit Kepala
- Hemiparese Kontralateral
- Tanda vital relatif stabil
- Dilatasi pupil ipsilateral
- Pandangan kabur, penurunan ketajaman , diplopia
- Muntah biasanya tidak ada
- Temperatur Normal.

Tanda pupil --> kompresi nerves okulomotor (n. III) oleh herniasi. Lesi sebelah __. ipsilateral. Bila tekanan terus meningkat --> kedua hemisfere terganggu --> dilatasi pupil bilateral.

Gangguan diplopia / blurring / penurunan ketajaman biasannya terjadi pada pasien dengan peningkatan ICP. Diplopia biasa karena paralisis otot yang mengatur gerakan mata.

Tekanan Darah -->
akibat iskemia vasomotor pusat --> eksitasi serabut vasokonstriktor --> peningkatan tekanan sistolik.Bila tekanan terus meningkat --> penurunan TD terutama diastolik.
Tekanan pada vasomotor sentral juga meningkatkan transmisi parasimpatis --> penurunan denyut jantung. --> peningkatan bersamaan TD sistole & penurunan denyut nadi --> Cushing`s response. --> karakteristik tahap akhir peningkatan ICP.

Sakit Kepala--> karena kongesti vena & tegangan pada pembuluh intrakranial. Biasanya meningkat dengan adanya batuk, defekasi, membungkuk. Sering sakit kepala mendadak pada pagi hari sampai membangunkan penderita.

Respirasi --> karena herniasi otak sering menyebabkan disrithmia pada respirasi.
Cheyne-Stokes, Hiperventilasi, Apneustic, Cluster breathing, ataxic breathing, Gasping Breathing, Depressed breathing.

Hipertermia --> akibat gagal pusat termoregulasi

Tanda fokal motor neuron & sensoris ---> hemipareses & hemiplegi. Tanda Babinski, Hiperefleksia, rigiditas --> tanda penurunan fungsi motor.Kejang dapat terjadi.
Herniasi di atas batang otak --> deserebrasi & dekortikasi.

Papiledema --> perbesaran blindspot --> ketajaman pengelihatan turun

Muntah --> Projectile vomiting akibat peningkatan ICP

Hiccuping (cegukan) --> kompresi nerves vagus --> kontraksi spasmodik diafragma --> akibat kompresi batang otak karena herniasi --> segera laporkan dokter.

Diagnostic
•CT Scan, MRI, Cerebral angiography, PET, SPECT. Dsb. Dah kita bahas ya.

Komplikasi ICP
•Herniasi batang otak --> ireversible anoxia otak
•Diabetes Insipidus --> akibat penurunan sekresi ADH --> kelebihan urine, penurunan osmolaritas urine, serum hiperosmolaritas ---> terapi : cairan, elektrolit, vasopresin.
•Sindrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH) --> peningkatan sekresi ADH --> kebalikan Diabetes insipidus. --> terapi : batasi cairan,
3% hipertonic saline solution --> hati2 central pontine myelolysis --> tetraplegia dengan defisit nerves cranial.
Terapi lain SIADH --> lithium carbonate / demeclocycline --> blok aksi ADH

Manajemen Medis ICP
•Monitor tekanan ICP dan Oksigenasi Serebral
•Penurunan Edema Serebral
•Mempertahankan Perfusi serebral
•Mengurangi cairan serebrospinal (CSF) dan Volume Darah Intracranial
•Mengontrol Demam
•Mempertahankan Oksigenasi
•Mengurangi Kebutuhan metabolik

Penjelasannya ya….
•Monitor tekanan ICP dan Oksigenasi Serebral :

Proses Keperawatan
•Pengkajian :
- History
- Pemeriksaan neurologi : mental status, LOC, fungsi saraf cranial, serebral, refleks, motor / sensorik.
- Pasien kritis --> fokus pada pemeriksaan pupil, nerves kranial khusus, vital sign, ICP, GCS.

Diagnosa Keperawatan
•Ineffective airway clearance related to diminished protective reflexes (cough, gag)
•Ineffective breathing patterns related to neurologic dysfunction (brain stem compression, structural displacement)
•Ineffective cerebral tissue perfusion related to the effects of increased ICP
•Deficient fluid volume related to fluid restriction
•Risk for infection related to ICP monitoring system (fiberoptic or intraventricular catheter)

Masalah Kolaboratif
•Potensial Komplikasi Brain stem herniation
•P.K. Diabetes insipidus
•P.K. SIADH

Intervensi Mempertahankan Airway yang Paten
•Suctioning sekret --> hati-hati meningkatkan ICP.
•Hiperoksigenasi sebelum suctioning
•Kurangi batuk
•Kaji suara paru tiap 8 jam --> kongesti
•Elevasi tempat tidur bagian kepala

Mencapai Pola Napas adequat
•Monitor irama napas --> Cheyene-Stokes (tekanan pada struktur nidline), Hyperventilasi (tekanan pada otak tengah), ireguler / henti (tekanan batang otak )
•Monitor PaCO2 --> pertahankan level 35-45 mmHg
Optimalisasi Perfusi Jaringan Otak

Optimalisasi Perfusi Jaringan Otak
•Proper Positioning :
-Posisi netral kepala (midline) bila perlu pakai servical collar.
-Elevasi kepala 0 – 60 derajad atau sesuai advis
-Hindari rotasi ekstrem atau fleksi leher
-Hindari fleksi ekstreme hip --> meningkatkan tekanan intraabdomen dan thoraks

•Meminimalkan perubahan posisi pasien : ---> memutar tempat tidur, mengatur linen, memegang kepala pasien saat merubah posisi ---> meminimalkan stimuli yg meningkatkan ICP.
•Hindari valsalva maneuver --> stool softener --> high fiber diet, hidari enema cathartic. Saat pindah posisi, instruksikan pasien membuka glotis.
•Oksigen 100% sebelum suction
•Suction tidak boleh lebih dari 15 detik
•Hindari PEEP (Post End Ekspiratory Pressure)
•Monitor ICP saat intervensi tidak boleh lebih dari 25 mmHg, harus kembali ke baseline setelah 5 menit.
•Pasien mungkin perlu sedasi atau agen paralitik sebelum intervensi
•Hindari stress emosi atau gangguan saat tidur --> lingkungan yang tenang.

Pertahankan Keseimbangan Cairan Negatif
•Diuretik loop dan Osmotik
•Kortikosteroid (kecuali pada trauma)
•Batasi cairan
•Monitor turgor kulit, mukosa membran, urine output, osmolaritas serum/urine.
•Hati-hati infus yang terlalu cepat
•Monitor tanda vital
•Pasang kateter indwelling --> monitor produksi urine/ginjal --> output > 250 ml/jam kemungkinan Diabetes insipidus.
•Oral Hygiene, lubrikasi bibir, larutan nondrying, membuang krusta.

Mencegah Infeksi
•Tenik aseptik saat mengganti kantung drainase, memasang kateter IV / urine.
•Cek tidak boleh kateter leakage atau terlepas.
•Observasi drainase CSF laporkan adanya kekeruhan atau adanya darah.
•Monitor tanda demam, menggigil, kaku kuduk, sakit kepala yang meningkat.

Askep Disfungsi Neurologis : Perubahan Kesadaran

ASKEP PASIEN DENGAN DISFUNGSI NEUROLOGIS
Meliputi : 1. Perubahan Tingkat Kesadaran
2. Peningkatan Tekanan Inra Kranial
3. Kondisi Kejang
4. Sakit Kepala


Perubahan Tingkat Kesadaran:

Pengertian Perubahan Kesadaran
•Gangguan tingkat kesadaran adalah pasien yang jelas tidak terorientasi, tidak mengikuti perintah, atau memerlukan stimuli keras untuk mendapatkan kondisi sadar.
•Perubahan kesadaran merupakan kontinum dari tidak sadar sampai sadar penuh.
Koma
•Adalah keadaan klinis dari ketidaksadaran dalam mana pasien tidak sadar terhadap diri atau lingkungan untuk waktu yang lama (beberapa hari atau bulan atau mungkin tahun)

Akinetic Mutism
•Adalah suatu keadaan tidak respon terhadap lingkungan dalam mana pasien tidak bergerak atau bersuara, tetapi kadang-kadang membuka mata.

Persistent Vegetative
•Suatu kondisi dimana pasien digambarkan sebagai terbangun penuh tetapi sama sekali tiada kesadaran, tanpa fungsi mental koqnitif atau afektif.

Etiologi:
•Neurologi (Trauma Kepala, Stroke)
•Toksikologik (Overdosis Obat, Intoksikasi Alkohol)
•Atau Metabolik (Hepatik Atau Renal Failure, Diabetik Ketoasidosis)

Penyebab Dasarnya Adalah Kekacauan Dalam Sel Sistem Saraf, Neurotransmiter, Atau Perubahan Anatomi Otak.

Penyebab Gangguan Anatomi Otak
•Trauma
•Edema
•Tekanan Tumor
•Penurunan Atau Peningkatan Sirkulasi Darah Atau Cairan Serebrospinal

Manifestasi Gangguan Kesadaran
•Tergantung Dimana Pasien Berada Dalam Rentang Kesadaran
•Perubahan Respon Pupil
•Respon Membuka Mata
•Respon Verbal
•Respon Motor
•Perubahan Seperti Dari Kegelisahan, Cemas, Pupil Menjadi Lambat Respon, Dsb
•Pasien Koma Pupil Menjadi Tidak Respon, Tidak Membuka Mata, Atau Resp Verbal, Atau Menggerakkan Ekstremitas

Pengkajian Dan Diagnostik
•GCS (Glasgow Coma Scale)
•Prosedur mengidentifikasi penyebab :
- scanning
- imaging
- tomografi
- EEG
•Laboratory test (glukosa, elektrolit, amonia, BUN, osmolaritas, kalsium, ppt, serum keton, alkohol, tingkat obat, BGA, dll)

Komplikasi Perubahan Kesadaran
•Respiratory Failure
•Pneumonia
•Pressure Ulcers
•Aspiration
•Venous Stasis
•Kemerosotan Muskuloskeletal
•Gangguan Fungsi Gastro Intest.

Manajemen Medis Pada Perubahan Kesadaran
•Prioritas Utama --> Jalan Napas Paten (Intubasi, Trakeotomi)
•Ventilasi Mekanik
•Monitor Tekanan Darah Dan Nadi
•IV Kateter --> Cairan & Elektrolit
•Feeding Tube (Ngt, Gastrotomi)
•Obat-obatan Pencegah Komplikasi

Pengkajian Keperawatan
•Respon verbal --> orientasi waktu, tempat, orang, musim, anggota keluarga, visitors
•Respon membuka mata
•Respon motor -->dekortikasi, deserebrasi, flaccidity
•Body function --> sirkulasi, respirasi, eleminasi, keseimbangan cairan)

Diagnosa Keperawatan
•Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan kesadaran
•Risiko injuri berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
•Defisit volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan intake per oral
•Kerusakan mukosa membran berhubungan dengan pernafasan per mulut, tak ada refleks faring, perubahan intake cairan
•Risiko gangguan integritas kulit b.D. Imobilisasi
•Gangguan integritas jaringan kornea b.D. Hilang refleks kornea
•Termoregulasi tidak efektif b.D kerusakan pusan hipotalamik
•Gangguan eleminasi urine (inkontinen / retensi) b.D gangguan neurologi sensing & kontrol
•Inkontinen bowel berhubungan dengan gangguan neurologik sensing and kontrol dan juga b.D. Transisi metode pemberian nurisi
•Gangguan persepsi sensoris berhubungan dengan kerusakan neurologis
•Proses keluarga terputus berhubungan dengan krisis kesehatan

Masalah Kolaboratif
•PK. Gagal Napas
•PK. Pneumonia
•PK. Aspirasi
•PK. Pressure Ulcer
•PK. Trombosis Vena Dalam

Perencanaan Dan Tujuan
•Tujuan meliputi :
•Mempertahankan bersihan jalan napas
•Terlindung dari perlukaan
•Mendapatkan keseimbangan cairan
•Mukosa membran intak
•Tidak ada iritasi kornea
•Termoregulasi efektif
•Urinari eleminasi efektif
•Bowel kontinen
•Intak family / support person
•Tidak ada komplikasi-komplikasi

MEMPERTAHANKAN JALAN NAPAS
•Obstruksi Karena Lidah, Vomitus, Sekresi --> Airway, Posisi Lateral, Suctioning, Oral Higiene.
** hiperoksigenasi sebelum dan sesudah suctioning
** gerakan twisting (spiral/memutar) saat mengambil sekret.
•Fisioterapi dada
Auskultasi dada tiap 8 jam
Intubasi dan ventilasi
•Mencegah aspirasi --> posisi 30 derajad

Melindungi Pasien
•Siderails & restrain
•Lindungi dari potensi yang menyebabkan injuri ( restrain, balutan ketat, iritan, kain lembab, tube & drains)
•Melindungi martabat pasien --> bicara pada pasien saat melakukan tindakan, jangan bicara negatif --> mungkin pasien mendengar meskipun secara klinis koma.

Mempertahankan Keseimbangan Cairan Dan Nutrisi
•Kaji turgor kulit, mukosa membran, kaji trend intake – output, analisa lab
•Slowly iv cairan
•Feeding tube

Perawatan Mulut
•Inspeksi : kekeringan, inflamasi, krusta
•Lindungi bibir dari kekeringan dan kerak, krusta dengan olesan tipis petroleum
•Alihkan ke sisi yang berbeda jika pasien memakai ett (menghindari ulcer mulut)

Mempertahankan Integritas Kulit Dan Sendi
•Kaji skedul reguler perubahan posisi
•Hindari menyeret pasien ke atas --> friksi kulit
•Posisi tubuh yang tepat --> gunakan splints, foam boot aids pencegah footdrop
•Posisi :
trokanter roll
Tangan abduksi
Jari fleksi ringan
Tangan sedikit supinasi
•Penggunaan spesial bed (tempat tidur angin / air)

Memelihara Integritas Kornea
•Ambil debris / discharge dengan kapas saline
•Beri artifisial air mata tiap 2 jam
•Tutup mata hati-hati digunakan karena dapat membuat abrasi kornea
•Periokuler edema dapat terjadi pada post operasi kranial --> hati-hati penggunaan kompres dingin --> hindari kontak dengan kornea.

Mencapai Termoregulasi
•Jika hipertermi --> modifikasi lingkungan : jumlah minimum bedding (linen), atur suhu ruangan
•Orang tua yang tidak mengalami hipertermi perlu penghangat ruangan.
•Temperatur tinggi dapat terlalu membebani sirkulasi serebral dan oksigenasi, menyebabkan kekacauan serebral

•Strategi menurunkan hipertermi
- Ambil semua linen yang menutup pasien
- Ulangi dosis acetaminophen sesuai advis
- Beri cool sponge bath dan elektrik fan
- gunakan hypothermia blanket

Pencegahan Retensi Urine
•Palpasi blader rutin, portable blader ultrasound
•Inweling kateter dengan closed system pada masa akut
•Kaji adanya UTI : demam & kabut pada urine, drainase uretral
•Palpasi blader kembali rutin setelah pelepasan kateter.
•Intermitent kateter program
•Bladder training.

Mendukung Fungsi Bowel
•Kaji distensi abdomen, dengar bising urus, kaji lingkar abdomen
•Kaji risiko diare pada pemberian antibiotika dan cairan hiperosmolar
•Monitor jumlah dan konsistensi bowel
•Rectal examination
•Glycerine suppository
•Enema lower colon

Memberi Stimulasi Sensori
•Orientasikan pasien pada waktu dan tempat paling sedikit sekali tiap 8 jam
•Suara rumah pasien dan tempat kerja dapat diperkenalkan melalui recorder
•Keluarga dapat membacakan buku faforit pasien, acara televisi yang sebelumnya dinikmati pasien.
•Saat terbangun dari koma pasien sering mengalami agitasi --> menjadi lebih waspada sekeliling tapi masih suling bereaksi / komunikasi --> minimalkan stimulasi : kurangi kebisingan, hanya 1 orang boleh bicara pada pasien, sediakan waktu yang lama untuk pasien berespon.
•Saat sadar penuh kembali --> videotape keluarga, event-event sosial dapat dgunakan untuk menghadirkan event-event yang terlewatkan pasien

Memenuhi Kebutuhan Keluarga
•Menguatkan dan memperjelas informasi tentang kondisi pasien
•Libatkan keluarga dalam perawatan
•Dengarkan dan dukung ventilasi perasaan dan perhatian sementara mendukung posthospitalisasi manajemen
•Hati-hati menggunakan istilah kematian “brain dead” --> dapat membingungkan pasien.

Memonitor dan memanaje potensial komplikasi :
•Monitor Tanda Vital Lebih Intensif
•Monitor Hitung Total Darah, Analisa Gas Darah
•Fisioterapi Dada Dan Suctioning
•Curlture Untuk Mendeteksi Antibiotia Saat Terjadi Pneumoni
•Pencegahan Ulcer Kulit
•Monitor Deep Vein Trombosis --> Risiko Terjadi Emboli Paru --> Profilaksis : Subkutan Heparin
•Tigh-high Elastic Compression Stocking / Pneumatic Compression Stockings --> Menurunkan Risiko Trombosis Vena
•Observasi Kemerahan Dan Pembengkakan Ekstremitas Bawah Sebagai Tanda Deep Vein Trombosis.

Hasil yang diharapkan
•Mempertahankan bersihan jalan napas dan mendemonstrasikan suara napas yang tepat
•Tidak ada injuri
•Mendapatkan keseimbangan cairan yang tepat
•Mukosa membran yang sehat
•Integritas kulit normal
•Tidak ada iritasi korneal
•Mempertahankan termoregulasi
•Tidak ada retensi urine
•Tidak ada diare atau impaksi fecal
•Menerima stimulasi sensori yang tepat
•Anggota keluarga koping dengan krisis :
mengungkapkan ketakutan dan kecemasan
Partisipasi dalam perawatan pasien dan memberi stimulasi dengan bicara dan sentuhan
•Tidak ada komplikasi : ABG normal, tak ada tanda pnemoni, kulit intak, tidak ada trombosis vena dalam.

September 29, 2011

Pemeriksaan Diagnostik Neurologi

1. CT scan (computed tomography scanning)

Gelombang pendek sinar – x
Mengidentifikasi lesi tiap lapisan dalam kepala dan sumsum tulang belakang.
Pemberian kontras intra vena / spinal memperjelas hasil



Intervensi perawat :
Meliputi : persiapan & monitoring
Persiapan : ajar pasien berbaring tenang (tidak bergerak / bicara)
Bila klien agitasi, gelisah, bingung  sedatif sesuai advis medis.
Monitor bila pasien sedang & setelah mendapat kontras  alergi, efek samping lain : flushing, mual, muntah


2. Positron Emission Tomography (PET)

Adalah teknik imaging berdasarkan nuklir-komputer untuk mendapatkan imej fungsi organ.
Menggunakan inhalasi / intravena radioaktif
Berguna mengukur aliran darah, komposisi dan metabolisme jaringan otak , -2 dimensi
Bermanfaat mengetahui perubahan metabolik di otak (Alzheimer), lokasi lesi (tumor otak, lesi epilepsi), mengidentifikasi aliran darah dan metabolisme oksigen pasien stroke, mengevaluasi terapi tumor, mengungkap abnormalitas biokimia pada sakit mental.

INTERVENSI PERAWAT : ajari cara inhalasi obat, efek yang mungking timbul (eg, dizziness, lightheadedness, and headache)


3. Single Photon Emission Computed Tomography
3 Dimensi imej menggunakan radionuklir untuk mendeteksi single photons.
SPECT sangat berguna mendeteksi abnormalitas dan perluasan area perfusi otak, lokasi fokus kejang pada epilepsi, mengevaluasi perfusi sebelum/sesudah pembedahan., ukuran stroke
Kontra indikasi pada Pregnancy and breastfeeding.
Peran perawat : menemani dan memonitor selama transportasi. Monitor terhadap reaksi alergi terhadap radioaktif yang diinjeksikan.


4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Menggunakan bidang magnetik yang sangat kuat untuk mendapatkan imej tubuh pasien.
Berpotensi mengidentifikasi abnormalitas serebral sejak awal  lebih jelas daripada yang lain.
Memberi informasi tentang perubahan kimia sel --> memonitor respon terhadap pengobatan tumor.
Sangat bermanfaat dalam diagnosis multiple sclerosis dan dapat menjelaskan aktifitas dan perluasan penyakit otak / spinal cord.
Tidak melibatkan radiasi ionisasi

Menggunakan bidang magnetik yang sangat kuat untuk mendapatkan imej tubuh pasien.
Berpotensi mengidentifikasi abnormalitas serebral sejak awal --> lebih jelas daripada yang lain.
Memberi informasi tentang perubahan kimia sel --> memonitor respon terhadap pengobatan tumor.
Sangat bermanfaat dalam diagnosis multiple sclerosis dan dapat menjelaskan aktifitas dan perluasan penyakit otak / spinal cord.
Tidak melibatkan radiasi ionisasi

Intervensi perawat MRI :
Pasien disiapkan : ajari relaksasi, jelaskan bahwa dia dapat berbicara selama pemeriksaan karena ada mikrofon di dekat scanner.
Beberapa ada headphone untuk mendengarkan musik.
Sebelum masuk ruangan : tidak boleh ada logam yang terbawa ke ruangan MRI : meliputi tanki oksigen, tradisional ventiator, atau stetopkop
Bidang magnetik : secara teoritis dapat menarik obyek logam dengan kuat.
Dapatkan riwayat pasien tentang adanya logam yang ditanam (clip aneurisma, logam ortopedik, pacemaker, katub artifisial, intrauterine divices) : obyek 2 ini dapat mengalami malfungsi (menurun, atau naik tajam).
Pasien disiapkan --> ajari relaksasi, jelaskan bahwa dia dapat berbicara selama pemeriksaan karena ada mikrofon di dekat scanner.
Beberapa ada headphone untuk mendengarkan musik.
Sebelum masuk ruangan --> tidak boleh ada logam yang terbawa ke ruangan MRI : meliputi tanki oksigen, tradisional ventiator, atau stetopkop
Bidang magnetik --> secara teoritis dapat menarik obyek logam dengan kuat.
Dapatkan riwayat pasien tentang adanya logam yang ditanam (clip aneurisma, logam ortopedik, pacemaker, katub artifisial, intrauterine divices)  obyek 2 ini dapat mengalami malfungsi (menurun, atau naik tajam).


5. Cerebral Angiography
Dengan X–Ray --> mempelajari sirkulasi serebral dengan kontras intra arteri.
Digital Substraction angiography --> dengan komputer --> membandingkan sebelum dan sesudah kontrast
Intervensi Perawat : pasien harus cukup cairan, minum cair jernih, kencing sebelum tindakan.
Pasien tetap imobile selama tindakan, beritahu rasa sekilas yang akan dialami : hangat di wajah, belakang mata, di dalam rahang, gigi, lidah, bibir, dan rasa metal karena efek zat kontras
Prosedur : cukur , desinfeksi, pemberian anestesi lokal --> kateter dimasukkan ke dalam arteri femoral --> bilas dengan heparin salin --> masuk zat kontras
Monitor pasien setelah zat kontras masuk : defisit neurologi karena blok arteri ( perubahan tingkat respon dan kesadaran, kelemahan salah satu sisi tubuh, defisit motorik/sensorik, gangguan bicara).
Monitor adanya hematome setelah tindakan, -> ice bag
Monitor adanya emboli bagian distal --> cek puls perifer, warna, temperatur ekstremitas


6.Lumbar Puncture (Spinal Tap) And Examination Of Cerebrospinal Fluid
Menusukkan jarum ke dalam sela subarachnoid untuk mengambil csf --> sela lumal 3-4 atau 5.
Tujuan : memeriksa csf, mengukur / mengurangi tekanan csf, menentukan adanya darah dalam csf, deteksi spinal subarachnoid blok, memberi antibiotik intratekal.
Pasien harus relax --> kecemasan meningkatkan tekanan csf
Normal Tekanan CSF = 70 – 200 mmH2O
Bahaya pada lesi mass intrakranial --> herniasi otak ke bawah ke tentorium dan foramen magnum.
Queckenstedt’s test --> MENEKAN V. Jugular saat mengukur tekanan csf, dalam interval 10 detik dilepaskan. Normal (ada perubahan mendadak tekanan)

Cairan spinal :
- normal jernih, tidak berwarna. Warna pink, merah menandakan adanya kontusio, laserasi, perdarahan subarachnoid.
- Atau awalnya merah (karena trauma tusuk jarum lp) kemudian menjadi jernih.
- Segera periksa ke lab untuk jumlah sel, kultur, glukosa, dan protein.
15-30 % Pasien mengalami sakit kepala berdenyut, tumpul, dan dalam post LP utamanya saat duduk / berdiri --> akibat keluarnya CSF berlanjut --> volume CSF turun --> peregangan sinus-sinus vena --> nyeri.

Nyeri diatasi dengan : bedrest, analgetik, hidrasi
Bedrest : prone 2 jam, tidur miring datar 2 – 3 jam, supin 6 jam

Komplikasi LP :
Herniasi isi intrakranial
Abscess epidural spinal
Hematoma epidural spinal
Meningitis --> jarang tetapi merupakan komplikasi yang serius.
Komplikasi lain : masalah berkemih, kenaikan temperatur ringan, spasme atau nyeri punggung, kaku leher.

Assisting with a Lumbar Puncture :
SEBELUM PROSEDUR :
1. pastikan persetujuan tertulis telah ada
2. jelaskan sensasi yang akan dialami : dingin akibat desinfeksi, tusukan jarum akibat anestesi lokal
3. pastikan pasien apakah ada pertanyaan atau salah konsep
4. Minta klien berkemih sebelum prosedur

PROSEDUR (OLEH MEDIS)
1. Pasien berbaring miring di tepi tempat tidur, paha dan kaki fleksi sebanyak mungkin untuk meningkatkan spase atar spina rosesus vertebra.
2. Bantal kecil diletakkan di kepala --> buat posisi horisontal. Dan di antara kaki -->mencegah roll ke depan kaki atas.
3. Perawat membantu mempertahankan posisi --> tidak ada gerakan mendadak
4. Dukung pasien relak, napas biasa --> tidak boleh hiperventilasi --> mempengaruhi tekanan
5.Perawat menjelaskan step-step prosedur--> lebih baik dokter yang melakukan
6. Dokter membersihkan area tusukan, memberi drapes (handuk steril)
7. Injeksi anestesi lokal dilakukan, lalu penusukan jarum LP ke sela lumbal 3-4 atau 4-5 ke dalam subarachnoid space
8.Tekanan diukur, spesimen CSF diambil dalam 3 tabung reaksi steril, jarum ditarik.
9. Balutan kecil diberikan
10. Sample diberi label, segera kirim ke Lab.

POST PROSEDUR :
1. Iinstruksikan pasien tengkurap (prone) 2 – 3 jam
2. monitor komplikasi setelah LP, jika terjadi segera lapor dokter
3. Dukung intake cairan untuk mengurangi risiko sakit kepala.


7.Myelography :
Teknik pemeriksaan dengan sinar R-Ray setelah zat kontras diinjeksikan ke ruang subarachnoid melalui punsi lumbar.
Memberi gambaran umum ruang subarachnoid dan menampilkan distorsi spinalcord atau kantung dural spinal akibat tumor, kista, herniasi diskus vertebral, atau lesi-lesi yang lain.
Sudah banyak ditinggalkan dgn adanya MRI dan efek sampingnya yg berbahaya (zat kontras naik ke atas)

Peran Perawat dalam Myelografi :
- Penjelasan bila ps ndak ngerti penjelasan dokter
- Makan sebeumnya dihentikan (puasa)
- Pasien disiapkan LP
- setelah myelografi --> berbaring dengan kepala ditinggikan 30 – 45 derajad. Tetap di TT selama 3 jam atau sesuai advis dokter
- minum banyak kecuali ada kontraindikasi --> mengganti CSF
- Cek tanda vital
- Cek efek samping : sakit kepala, demam, kaku leher, fotofobia, kejang, tanda meningitis

8. Electroencephalography
Menghadirkan rekaman aktifitas listrik otak melalui elektroda yang ditempelkan di kepala, menampilkan hasilnya melalui kertas yang berjalan. Rekamannya disebut encephalogram.
Sangat bermanfaat mendiagnosa dan mengevaluasi gangguan kejang, koma, atau sindrom otak organik. Juga menentukan kematian otak.
Pasien berbaring, kedua mata tertutup, pasien mungkin akan diminta hiperventilasi 3 – 4 menit dan kemudian melihat cahaya untuk melihat stimulasi cahaya.
Tidur selama EEG juga direkam setelah sedasi untuk gelombang abnormal otak. -->untuk melihat fokus epilepsi. -->kadang dengan elektrode transsphenoidal, mandibular, and nasopharyngeal bila melalui kepala tidak mendeteksi.

Peran perawat :
Mendukung istirahat tidur pasien sebelum pemeriksaan.
Menghentikan Antiseizure agents, tranquilizers, stimulants, and depressants 24-48 jam sebelum pemeriksaan.
Coffee, tea, chocolate, and cola drinks dihilangkan saat makan pasien.
Informasikan pemeriksaan 45 – 60 menit, 12 jam untuk EEG tidur.
Yakinkan pasien bahwa tidak akan ada bahaya setrum lewat kabel yang akan ditempelkan.
Pasien perlu tenang saat perekaman.
Lubricant dapat dihilangkan dengan keramas.
Untuk EEG tidur --> ada lem yang dipakai -->hilangkan dengan aceton.

9. Electromyography
Elektromiogram (EMG) didapatkan dengan memasukkan jarum elektrode ke dalam otot skeletal untuk mengukur perubahan potensial listrik otot dan sarafnya.
Rekaman akan tampil pada oscilloscope and diperdengarkan by a loudspeaker so that keduanya suara dan tampilan gelombang dianalisa dan dibandingkan secara simultan.
Untuk membedakan gangguan neuromuskuler apakah itu karena saraf, atau karena sebab yang lain.
Jelaskan prosedur : rasa seperti diinjeksi, mungkin nyeri sebentar tetap ada setelah prosedur.


Selamat Belajar. GBU

Desain Deskriptif dan Korelasi

Desain Deskriptif

Gambaran singkat Desain Deskriptif :
• Untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-perisiwa Urgen
• Deskripsi dilakukan secara sistematik dan lebih menekankan data faktual daripada penyimpulan
• Tidak ada manipulasi variable
• Tidak digunakan variable independen atau dependen
• Untuk mencegah bias dilakukan melalui :
1) Definisi konseptual & Operasional variable
2) Seleksi dan Ukuran Sample
3) Instrumen yang Valid & Reliable
4) Prosedur Pengumpulan Data untuk Suatu kontrol Lingkungan
Figur Desain Deskriptif :




Desain Studi Kasus

Gambaran singkat Desain Studi Kasus :
• Eksplorasi intensif unit sederhana seperti Orang, Keluarga, Kelompok, situasi : Sangat sedikit subyek yang diteliti

• Digunakan oleh Keperawatan 30 tahun yang lalu, sekarang sudah sedikit sekali
• Peneliti mencermati komponen-komponen penting fenomena yang diteliti yang tidak ada dalam studi
• Digunakan sebagai sumber informasi deskriptif untuk mendukung teori
• Meskipun responden sedikit, variable yang diteliti sangat luas, pengkajian secara rinci
• Riwayat dan pola perilaku sebelumnya dikaji secara rinci



Desain Korelasi

Gambaran Singkat Desain Korelasi :
• Menguji Hubungan dua atau lebih variable dalam kelompok tunggal.
• Dapat melalui beberapa tingkat pengujian
• Dapat untuk mencari deskripsi suatu hubungan (Deskriptive kotelasi), meramalkan hubungan (Prediktif Korelasi), menguji semua hubungan secara simultan untuk menguji teori (model Testing design)
• Biasanya memerlukan sample besar karena varian yang besar
• Subyek tidak dibagi dalam kelompok karena perbedaan kelompok tidak diuji



Desain Deskriptif Korelasi

• Menggambarkan variable dan menguji Hubungan
• Tidak ada usaha mengontrol dan manipulasi situasi

Figur Deskriptif Korelasi :




Desain Korelasi Prediktif


• Memprediksi Nilai suatu variable berdasarkan pada nilai yang diperoleh dari variable lain.
• Inti desain ini adalah memprediksi tingkat variable dependen dari variable Independen
• Memerlukan suatu teori berdasarkan hipotesa matematis untuk memprediksi variable dependen
• Hipotesa diuji dengan analisa regresi
• Figur :


Desain Model Testing


• Untuk Mengetes akurasi hipotesa model kausal
• Memerlukan semua variable-variable yang relevan untuk model yang diukur
• Diperlukan sample yang heterogen dan besar
• Semua sifat hubungan antara konsep-konsep diidentifikasi, dan dikembangkan peta konsep-konsep
• Analisa menentukan apakah data konsisten dengan model
Figur Model Testing Design :




Desain Deskriptif Komparatif


• Digunakan untuk menggambarkan variable-variable dan menguji perbedaan variable-variable dalam dua atau lebih kelompok
• Analisa Deskriptif dan Inferensial
• Hasilnya sering tidak digeneralisasikan
• Figur :  
                                                                   

Selamat Belajar. GBU

September 28, 2011

Masalah Penelitian

MASALAH PENELITIAN

Setelah Perkuliahan Mahasiswa Mampu :
  1. Menjelaskan pengertian masalah penelitian
  2. Menjelaskan Lingkup / isi latar belakang masalah (Beground)
  3. Mengidentifikasi sumber-sumber masalah penelitian
  4. Menjelaskan syarat masalah penelitian yang baik
  5. Mengidentifikasi topik peminatan riset
  6. Menyusun latar belakang masalah riset
  7. Merumuskan pertanyaan penelitian
  8. Menuliskan tujuan penelitian
  9. Menuliskan manfaat penelitian

Pengertian Masalah Penelitian :
  • Adalah situasi yang membingungkan, mengejutkan, mengganggu
  • Situasi yang membutuhkan solusi, perbaikan, atau perubahan
  • Suatu kesenjangan antara yang diharapkan dan seharusnya --- dengan fakta yang terjadi

5 Pertanyaan yang perlu dijawab sebelum merumuskan masalah :
1. Apa yang salah atau yang perlu diperhatikan pada situasi ini introduksi masalah
2. Dimana letak kesenjangannya -> Justication : kesenjangan antara teori-praktek, harapan-kenyataan, visi-fakta,
3. Informasi apa yang dibutuhkan untuk mencari masalah ini -> bukti empiris, dampak masalah (kronilogis)
4. Perlukah melakukan tindakan pelayanan di klinik -> Solusi
5. Perubahan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut ->solusi

Sumber Masalah :
  • Kepustakaan
  • Bahan diskusi
  • Masalah dalam pengalaman sehari-hari
  • Pendapat pakar
  • Sumber non ilmiah

Mengembangkan dan memperhalus masalah Penelitian :
  1. Memilih Topik
  2. Mempersempit Topik
  3. Mengevaluasi Masalah Riset

Memilih Topik :
  • Tulis ide-ide luas / Topik yang datang pada kertas. Misal : komunikasi dengan pasien, kecemasan hospitalisasi anak, nyeri kanker, depresi postpartum, kehilangan orientasi postoperasi
  • Pilih dari daftar topik ide yang : menarik untuk diteliti, cukup pengetahuan tentang topik, menjanjikan untuk dapat dihandle dlm riset.
  • Jangan buang daftar -- dapat untuk ditinjau ulang

Mempersempit Topik :
  • Buat pertanyaan-pertanyaan yang membawa kepada masalah yang dapat diteliti
  • Pertanyaan :
  • Apa yang sedang terjadi pada topik….
  • Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi….
  • Apa penyebabnya……
  • Apa yang memperluas …
  • Mengapa…..
  • Kapan ….
  • Apa pengaruhnya….
  • Berapa intensitasnya…..
  • Kondisi apa yang mendahului….
  • Karakteristik apa yang berhubungan …..
  • Apa konsekuensinya….
  • Apa hubungannya dengan ….
  • Bagaimana efektifitas …..
  • Apa perbedaannya dengan …..
  • Faktor-faktor apa yang berkontribusi…..

Mengevaluasi Masalah Riset :
  • Signifikasi Masalah
  • Dapatkah masalah diteliti
  • Feasilibility (Kemampulaksanaan)
  • Menarikkah Bagi Peneliti

Signifikasi Masalah :
  • Apakah masalah merupakan sesuatu yang penting ?
  • Apakah pasien, perawat, tim kesehatan lain atau masyarakat akan mendapatkan manfaat?
  • Apakah hasil akan membawa pada penerapan praktek?
  • Apakah hasil punya relevansi teori?
  • Apakah penemuan akan menantang atau memberi dukungan kepada asumsi-asumsi yang belum teruji?

Researchability of The Problem (masalah dapat diteliti) :
  • Masalah yang bersifat moral atau etik tidak dapat diteliti : perlu pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengannya sehingga dapat diteliti.
  • Kapabilitas variabel : dapatkah dinilai dan diukur.: perlu dipertajam konsepnya

Feasilibility (Kemampulaksanaan) :
  • Time and Timing
  • Availability of Study Participants
  • Cooperation of Others
  • Facilities and Equipment
  • Money
  • Experience of Researcher
  • Ethical Considerations

Menurut Sastro Asmoro & Ismail :
  • F (Feasibility): subye ada, dana, waktu, alat, keahlian
  • I (Interesting) / menarik
  • N (Novel)-- mengemukakan sesuatu yang baru, membantah / mengkonfirmasi penemuan terdahulu, melengkapi atau mengembangkan hasil penelitiahn terdahulu
  • E (Ethical) = tidak bertentangan dengan etika
  • R (Relevant) = relevan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, relevan untuk tatalaksana pasientau kebijakan kesehatan, relevan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
Butir-Butir Uraian dalam Latar Belakang Masalah :
1. Pembenaran (justification) adanya kesenjangan.  
    mencakup :
    - Besarnya masalah (magnitude of the problem) misal insiden, prevalense, menyebabkan kematian, dsb
    - Waktunya :  masih berlangsung sd skarang
    - Area geografik / demografik :  kelompok umur, segmen populasi
    - Karakteristik masyarakat yang terkena
    - Penyebab masalah, pemecahan yang telah dan masih perlu dilakukan 
2. Pernyataan alternatif pemecahan masalah
3. Alternatif yang dipilih untuk memecahkan masalah

Mengkomunikasikan Masalah Riset :
  • Pernyataan Masalah
  • Pertanyaan-Pertanyaan Penelitian
  • Pernyataan Tujuan Penelitian

Pernyataan Masalah / Identifikasi Masalah / (Problem Statements) :
  • Merupakan ekspresi dari dilema atau situasi yang mengganggu yang memerlukan investigasi untuk maksud-maksud memberi pemahaman dan arahan
  • Mengidentifikasi sifat masalah yang sedang dituju di dalam penelitian, tipenya, konteksnya, dan signifikansinya.

Contoh Pernyataan masalah :
  • Hazardous noise is an important occupational health problem because it leads to hearing loss and may lead to increased stress and other deleterious physiologic effects…..
  • More than 30 million workers are exposed to hazardous noise on the job….
  • Use of Hearing protection divices, specifically ear plugs and or ear muffs, is known to reduce noice exposure and prevent noise-induced hearing loss….
  • There are, however, relatively few investigators who have examined factors related to the low use of hearing protection by workers. (Lusk, Ronis, & Hogan, 1997)

Pertanyaan Penelitian (Rumusan Masalah Penelitian) :
  • Adalah pernyataan dari pertanyaan spesifik yang peneliti ingin menjawabnya kepada masalah penelitian yang dibicarakan
(IS A STATEMENT OF SPESIFIC QUERY THE RESEARCHER WANTS TO ANSWER TO ADDRESS THE RESEARCH PROBLEM)

  • Pernyataan singkat dalam bentuk kalimat tanya, ditulis dalam present tense dan meliputi satu atau lebih variabel-variable
A CONCISE INTERROGATIVE STATEMENT THAT IS WORDED INT THE PRESENT TENSE AND INCLUDES ONE OR MORE VARIABLES

Syarat Rumusan Masalah :
  • Dikemukakan dalam kalimat tanya (interogatif)
  • Substansi yang dimaksud hendaknya bersifat khas, tidak bermakna ganda.
  • Bila terdapat banyak pertanyaan penelitian, maka harus dipertanyakan secara terpisah

Contoh Rumusan Masalah :
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sbb.:
  • Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan tingkat keberhasilan program KB di ….
  • Apakah terdapat perbedaan tingkat depresi antara suami dengan istri pada pasangan yang infertil?

Tujuan Penelitian :
Is a clear, concise statement of the spesifik aim or intent of a study : adalah pernyataan yang singkat, jelas tentang tujuan atau maksud penelitian
Kata yang sering dipakai bergantian : the purpose.., the goal …, intent…, aim.., the objective…
Terdiri atas : Variabel (independen dan dependent) dan populasi.

A research objective is  clear, concise, declarative statement that is expressed in the present tense.
Biasanya memfokuskan pada satu atau dua variable dan mengindikasikan apakah diidentifikasi atau digambarkan, mengidentifikasi hubungan antar variabel atau menentukan perbedaan antara dua grup tentang variabel tertentu.
Sering “purpose statement” terdiri atas dua atau tiga research objectives”

Tujuan Umum (Ultimate goal, ultimate objective)
  • Dinyatakan secara kategoris apakah tujuan akhir penelitian yang hendak dilaksanakan tersebut yang mungkin merupakan aspek yang lebih luas
  • Atau tujuan jangka panjangnya

Tujuan Khusus (spesific objectives) :
  • Disebutkan secara tajam hal-hal yang akan langsung diukur, dinilai, atau diperoleh dari penelitian.
  • Tujuan umum dan khusus yang hanya terdiri dari satu atau  dua butir saja, mungkin cukup ditulis secara naratif di dalam satu kalimat. Tetapi bila ada banyak butir dan sub-butir maka perlu dipecah dan diberi nomor agar mudah dimengerti.

Contoh tujuan :
The purpose of this research was to investigate the effect of renal transplant patients dependency level on their rate of recovery.
    Populasi  = pasien transplantasi renal
   V. Indep.  = dependency level
   V. Dep     = rate of recovery

Tujuan penelitian harus sinkron dengan judul penelitian, rumusan masalah dan hipotesis

Manfaat Penelitian :
  • Manfaat teoritik utk pengembangan ilmu
  • Manfaat praktis utk implementasi

Judul Penelitian :
Usulan, Laporan, dan Karya Ilmiah Lain Pertama Dibaca Judul
Perannya Sangat Penting

Syarat judul penelitian yang baik :
  • Informatif (padat makna)
  • Dalam Bahasa Indonesia < 12 Kata
  • Dalam Bahasa Inggris < 10 Kata
  • Bila Terpaksa Pakai Anak Judul
Hindari :
  • Penggunaan kata Pendahuluan, Studi, Analisis dll.
  • Jangan ada singkatan

Penelaahan Kepustakaan :
  • Landasan Teoritik dan Empirik
  • Penelitian tanpa tinjauan pustaka berarti coba-coba.
  • Sumber: Buku Teks, Jurnal, Tesis, Disertasi, Internet dll.
  • Sumber memperhatikan relevansi, kemutakhiran & keaslian.
  • Cara Penulisan, digunakan sistem nama tahun.
  • Bila pernyataan sangat penting, nama penulis diletakkan pada awal kalimat.
  • Penulis lebih dari dua, penulis I diikuti dkk, atau et al.
  • Bila penulisnya dua, ditulis semua
  • Penulis dalam daftar kepustakaan sesuai dengan nama dalam teks
  • penulis I dibalik, II dst. tidak dibalik
  • Penulis Diurutkan Menurut Abjad.

Contoh :
  • Cooper, D.R. and. C.W. Emory. 1995. Business Research Methods.5th Ed Richard D. Irwin, Inc. New York.
  • Deshpande, R. and J. V. Farley. 2000. Organizational Culture and  Marketing. J. of Market. 53 : 3-15
  • Ditbinlitabmas. 2002. Panduan Pelaksanaan Penelitian dan  Pengabdian Kepada Masyarakat. Ditjen Dikti, Jakarta.
  • Jurnal Dinamika Sosial. 2002. Hak Asasi Manusia. 3 : 1-19.
  • Soeratno dan L. Arsyad. 1988. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta.

Goodluck.

September 24, 2011

Introduksi Critical Care Nursing

Apakah keperawatan kritis itu?

Kekhususan yang melibatkan menejemen pasien yang berada dalam ancaman kehidupan, sering kali dengan penyakit bedah-dalam yang kompleks.
Pasien-pasien ini biasanya dengan disfungsi atau kegagalan satu atau lebih sistem organ meliputi cardiac, pulmonary, neurologic, liver, kidney atau gastrointestinal systems.



Apakah keperawatan emergency?

Adalah pemberian asuhan secara khusus kepada pasien dengan berbagai penyakit atau pasien dengan trauma.
Pasien tersebut biasanya tidak stabil, memiliki kebutuhan yang komplek, memerlukan
kewaspadaan khusus.
Beberapa pasien merasakan bahwa masalah mereka adalah emergencies.


Peran & Tanggung Jawab Perawat dalam keperawatan kritis


Helps promote optimum health, prevent illness, & aid coping with illness or death.
Peran Staff nurse :
Melakukan pengkajian scr independen
Merencananakan dan melaksanakan asuhan
Memberikan Askep langsung
Melakukan observasi klinis dan mengeksekusi tindakannya.
Memberikan pengobatan & tindakan
Meningkatkan ADL

Ingin membaca lengkap artikel ini silakan download :Click Disini

September 16, 2011

Anatomi & Fisiologi Saraf



Dendrite => menerima pesan elektromekanik

Axon => membawa pesan dari tubuh sel


Neurotransmitter:
- Diproduksi dan disimpan di vesikel-vesikel sinaps.
- Menghantarkan impuls melewati celah sinaps
- Aksinya : potensiasi, terminasi, atau eksitasi aktivitas sel target.
- Biasanya multipel neurotransmitter terdapat pada synaps
- Ketidakseimbangan neurotransmitter menyebabkan berbagai penyakit

Gangguan akibat Ketidakseimbangan Neurotransmitter otak :













Cerebrum :
- 2 hemisphere dipisahkan oleh fissura longitudinal
- Tiap hemisphere dihubungkan oleh corpus calosum
- Bagian luar (warna kelabu) -> banyak neuron/cell body
- Bagian dalam (warna putih) -> serat nerves, neuroglia
Tiap hemisphere terbagi atas lobus-lobus :
1. Frontal -> paling besar
2. Parietal -> predominant sensory
3. Temporal -> auditory receptive area.
4. Lobus occipital -> interpretasi visual
5. Insula -> lobus sentral
6. Lobus limbik -> girus parahipokampal & unkus

Ingin terus membaca materi ini, silakan download :Click Disini

September 15, 2011

Variabel Penelitian

Variabel adalah
- Karakteristik subyek penelitian yang berubah dari suatu subyek ke subyek lain
- Atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain
- jadi bukan subyek atau bendanya

Variabel bebas
- Variabel yang bila ia berubah akn mengakibatkan perubahan variable lain
- Sinonimnya è variabel independen, prediktor, risiko, kausa
- Sinonom lain à variabel stimulus, antecedent

Variabel tergantung
- Variabel yang berubah akibat perubahan variabel bebas
- Sinonimnya è variabel dependen, hasil, outcome, respons, atau event
- Sinonom lain à variabel terikat, variabel output, kriteria, konsekuen

Mana yang independen dan mana yang dependen ?
1.Pemberian obat a menyebabkan penurunan tekanan darah
2.Perbedaan kadar kolesterol pada siswa lelaki dan perempuan
3.Pelbagai faktor yang menjadi risiko hipertensi
4.Penyebab-penyeab kematian manula
5.Penyebab tidak konsentrasi belajar mahasiswa
6.Hubungan tipe kepribadian dengan penyebab putusnya pacar

Variabel perancu (confounding)
- Adalah jenis variabel yang berhubungan dengan variabel bebas dan variabel tergantung,
tetapi
bukan merupakan variabel antara

Contoh variabel perancu yang memberi hubungan palsu antara variabel independen dengan dependen
- Penelitian pengaruh minum copy dengan kejadian penyakit jantung coroner.
- Variabel perancunya adalah menghisap rokok
- Jadi penelitian bisa terjadi bias karena orang yang minum copy biasanya menghisap rokok --à rokok yang menyebabkan penyakit jantung koroner
- Minum copy berhubungan dengan kebiasaan merokok -à faktor kebiasaan sosial
- Merokok berhubungan dengan penyakit jantung koroner
- Jadi merokok merupakan variabel perancu, karena dia berhubungan baik dengan variabel independen maupun dengan variabel dependen.

Ingin tahu lebih jauh materi ini silakan download :Click Disini

September 10, 2011

Simpatis-Parasimpatis

Berikut ini postinganku tentang efek fisiologis dari saraf otonom simpatis dan parasimpatis. Untuk memahami bagaimana respon seseorang terhadap stress yang sedang dihadapi, fungsi-fungsi dan efek dari saraf simpatis ini seringkali ditemui pada seseorang yang sedang dalam kondisi stress.



Sumber lain :



Dari tabel diatas terlihat bagaimana efek seseorang yang sedang stress, yakni dominansi sistem simpatis terhadap berbagai organ tubuh.
Pada posting sebelumnya di bahasan stress dan adaptasi, pada kondisi stress akibat berbagai keadaan, saraf simpatis dan neurotransmiter epinephrine dan norepinephrine menjadi sangat aktif, karena tubuh menyiapkan diri untuk fight (menghadapi stress) atau flight (kabur dari stress). Silakan mencermati efek aktivasi simpatis pada berbagai organ tersebut. Tuhan memberkati.

Sumber :
Amy M. Carch.2007.Focus on Nursing Pharmacology. 4`th Ed.Lippincot, William & Wilkins.
Smeltzer, et all. Brunner & Suddart`th. 2006.Textbook of Medical-Surgical Nursing. 11`th Ed.Lippincot, William & Wilkins.