1. CT scan (computed tomography scanning)
Gelombang pendek sinar – x
Mengidentifikasi lesi tiap lapisan dalam kepala dan sumsum tulang belakang.
Pemberian kontras intra vena / spinal memperjelas hasil
Intervensi perawat :
Meliputi : persiapan & monitoring
Persiapan : ajar pasien berbaring tenang (tidak bergerak / bicara)
Bila klien agitasi, gelisah, bingung sedatif sesuai advis medis.
Monitor bila pasien sedang & setelah mendapat kontras alergi, efek samping lain : flushing, mual, muntah
2. Positron Emission Tomography (PET)
Adalah teknik imaging berdasarkan nuklir-komputer untuk mendapatkan imej fungsi organ.
Menggunakan inhalasi / intravena radioaktif
Berguna mengukur aliran darah, komposisi dan metabolisme jaringan otak , -2 dimensi
Bermanfaat mengetahui perubahan metabolik di otak (Alzheimer), lokasi lesi (tumor otak, lesi epilepsi), mengidentifikasi aliran darah dan metabolisme oksigen pasien stroke, mengevaluasi terapi tumor, mengungkap abnormalitas biokimia pada sakit mental.
INTERVENSI PERAWAT : ajari cara inhalasi obat, efek yang mungking timbul (eg, dizziness, lightheadedness, and headache)
3. Single Photon Emission Computed Tomography
3 Dimensi imej menggunakan radionuklir untuk mendeteksi single photons.
SPECT sangat berguna mendeteksi abnormalitas dan perluasan area perfusi otak, lokasi fokus kejang pada epilepsi, mengevaluasi perfusi sebelum/sesudah pembedahan., ukuran stroke
Kontra indikasi pada Pregnancy and breastfeeding.
Peran perawat : menemani dan memonitor selama transportasi. Monitor terhadap reaksi alergi terhadap radioaktif yang diinjeksikan.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menggunakan bidang magnetik yang sangat kuat untuk mendapatkan imej tubuh pasien.
Berpotensi mengidentifikasi abnormalitas serebral sejak awal lebih jelas daripada yang lain.
Memberi informasi tentang perubahan kimia sel --> memonitor respon terhadap pengobatan tumor.
Sangat bermanfaat dalam diagnosis multiple sclerosis dan dapat menjelaskan aktifitas dan perluasan penyakit otak / spinal cord.
Tidak melibatkan radiasi ionisasi
Menggunakan bidang magnetik yang sangat kuat untuk mendapatkan imej tubuh pasien.
Berpotensi mengidentifikasi abnormalitas serebral sejak awal --> lebih jelas daripada yang lain.
Memberi informasi tentang perubahan kimia sel --> memonitor respon terhadap pengobatan tumor.
Sangat bermanfaat dalam diagnosis multiple sclerosis dan dapat menjelaskan aktifitas dan perluasan penyakit otak / spinal cord.
Tidak melibatkan radiasi ionisasi
Intervensi perawat MRI :
Pasien disiapkan : ajari relaksasi, jelaskan bahwa dia dapat berbicara selama pemeriksaan karena ada mikrofon di dekat scanner.
Beberapa ada headphone untuk mendengarkan musik.
Sebelum masuk ruangan : tidak boleh ada logam yang terbawa ke ruangan MRI : meliputi tanki oksigen, tradisional ventiator, atau stetopkop
Bidang magnetik : secara teoritis dapat menarik obyek logam dengan kuat.
Dapatkan riwayat pasien tentang adanya logam yang ditanam (clip aneurisma, logam ortopedik, pacemaker, katub artifisial, intrauterine divices) : obyek 2 ini dapat mengalami malfungsi (menurun, atau naik tajam).
Pasien disiapkan --> ajari relaksasi, jelaskan bahwa dia dapat berbicara selama pemeriksaan karena ada mikrofon di dekat scanner.
Beberapa ada headphone untuk mendengarkan musik.
Sebelum masuk ruangan --> tidak boleh ada logam yang terbawa ke ruangan MRI : meliputi tanki oksigen, tradisional ventiator, atau stetopkop
Bidang magnetik --> secara teoritis dapat menarik obyek logam dengan kuat.
Dapatkan riwayat pasien tentang adanya logam yang ditanam (clip aneurisma, logam ortopedik, pacemaker, katub artifisial, intrauterine divices) obyek 2 ini dapat mengalami malfungsi (menurun, atau naik tajam).
5. Cerebral Angiography
Dengan X–Ray --> mempelajari sirkulasi serebral dengan kontras intra arteri.
Digital Substraction angiography --> dengan komputer --> membandingkan sebelum dan sesudah kontrast
Intervensi Perawat : pasien harus cukup cairan, minum cair jernih, kencing sebelum tindakan.
Pasien tetap imobile selama tindakan, beritahu rasa sekilas yang akan dialami : hangat di wajah, belakang mata, di dalam rahang, gigi, lidah, bibir, dan rasa metal karena efek zat kontras
Prosedur : cukur , desinfeksi, pemberian anestesi lokal --> kateter dimasukkan ke dalam arteri femoral --> bilas dengan heparin salin --> masuk zat kontras
Monitor pasien setelah zat kontras masuk : defisit neurologi karena blok arteri ( perubahan tingkat respon dan kesadaran, kelemahan salah satu sisi tubuh, defisit motorik/sensorik, gangguan bicara).
Monitor adanya hematome setelah tindakan, -> ice bag
Monitor adanya emboli bagian distal --> cek puls perifer, warna, temperatur ekstremitas
6.Lumbar Puncture (Spinal Tap) And Examination Of Cerebrospinal Fluid
Menusukkan jarum ke dalam sela subarachnoid untuk mengambil csf --> sela lumal 3-4 atau 5.
Tujuan : memeriksa csf, mengukur / mengurangi tekanan csf, menentukan adanya darah dalam csf, deteksi spinal subarachnoid blok, memberi antibiotik intratekal.
Pasien harus relax --> kecemasan meningkatkan tekanan csf
Normal Tekanan CSF = 70 – 200 mmH2O
Bahaya pada lesi mass intrakranial --> herniasi otak ke bawah ke tentorium dan foramen magnum.
Queckenstedt’s test --> MENEKAN V. Jugular saat mengukur tekanan csf, dalam interval 10 detik dilepaskan. Normal (ada perubahan mendadak tekanan)
Cairan spinal :
- normal jernih, tidak berwarna. Warna pink, merah menandakan adanya kontusio, laserasi, perdarahan subarachnoid.
- Atau awalnya merah (karena trauma tusuk jarum lp) kemudian menjadi jernih.
- Segera periksa ke lab untuk jumlah sel, kultur, glukosa, dan protein.
15-30 % Pasien mengalami sakit kepala berdenyut, tumpul, dan dalam post LP utamanya saat duduk / berdiri --> akibat keluarnya CSF berlanjut --> volume CSF turun --> peregangan sinus-sinus vena --> nyeri.
Nyeri diatasi dengan : bedrest, analgetik, hidrasi
Bedrest : prone 2 jam, tidur miring datar 2 – 3 jam, supin 6 jam
Komplikasi LP :
Herniasi isi intrakranial
Abscess epidural spinal
Hematoma epidural spinal
Meningitis --> jarang tetapi merupakan komplikasi yang serius.
Komplikasi lain : masalah berkemih, kenaikan temperatur ringan, spasme atau nyeri punggung, kaku leher.
Assisting with a Lumbar Puncture :
SEBELUM PROSEDUR :
1. pastikan persetujuan tertulis telah ada
2. jelaskan sensasi yang akan dialami : dingin akibat desinfeksi, tusukan jarum akibat anestesi lokal
3. pastikan pasien apakah ada pertanyaan atau salah konsep
4. Minta klien berkemih sebelum prosedur
PROSEDUR (OLEH MEDIS)
1. Pasien berbaring miring di tepi tempat tidur, paha dan kaki fleksi sebanyak mungkin untuk meningkatkan spase atar spina rosesus vertebra.
2. Bantal kecil diletakkan di kepala --> buat posisi horisontal. Dan di antara kaki -->mencegah roll ke depan kaki atas.
3. Perawat membantu mempertahankan posisi --> tidak ada gerakan mendadak
4. Dukung pasien relak, napas biasa --> tidak boleh hiperventilasi --> mempengaruhi tekanan
5.Perawat menjelaskan step-step prosedur--> lebih baik dokter yang melakukan
6. Dokter membersihkan area tusukan, memberi drapes (handuk steril)
7. Injeksi anestesi lokal dilakukan, lalu penusukan jarum LP ke sela lumbal 3-4 atau 4-5 ke dalam subarachnoid space
8.Tekanan diukur, spesimen CSF diambil dalam 3 tabung reaksi steril, jarum ditarik.
9. Balutan kecil diberikan
10. Sample diberi label, segera kirim ke Lab.
POST PROSEDUR :
1. Iinstruksikan pasien tengkurap (prone) 2 – 3 jam
2. monitor komplikasi setelah LP, jika terjadi segera lapor dokter
3. Dukung intake cairan untuk mengurangi risiko sakit kepala.
7.Myelography :
Teknik pemeriksaan dengan sinar R-Ray setelah zat kontras diinjeksikan ke ruang subarachnoid melalui punsi lumbar.
Memberi gambaran umum ruang subarachnoid dan menampilkan distorsi spinalcord atau kantung dural spinal akibat tumor, kista, herniasi diskus vertebral, atau lesi-lesi yang lain.
Sudah banyak ditinggalkan dgn adanya MRI dan efek sampingnya yg berbahaya (zat kontras naik ke atas)
Peran Perawat dalam Myelografi :
- Penjelasan bila ps ndak ngerti penjelasan dokter
- Makan sebeumnya dihentikan (puasa)
- Pasien disiapkan LP
- setelah myelografi --> berbaring dengan kepala ditinggikan 30 – 45 derajad. Tetap di TT selama 3 jam atau sesuai advis dokter
- minum banyak kecuali ada kontraindikasi --> mengganti CSF
- Cek tanda vital
- Cek efek samping : sakit kepala, demam, kaku leher, fotofobia, kejang, tanda meningitis
8. Electroencephalography
Menghadirkan rekaman aktifitas listrik otak melalui elektroda yang ditempelkan di kepala, menampilkan hasilnya melalui kertas yang berjalan. Rekamannya disebut encephalogram.
Sangat bermanfaat mendiagnosa dan mengevaluasi gangguan kejang, koma, atau sindrom otak organik. Juga menentukan kematian otak.
Pasien berbaring, kedua mata tertutup, pasien mungkin akan diminta hiperventilasi 3 – 4 menit dan kemudian melihat cahaya untuk melihat stimulasi cahaya.
Tidur selama EEG juga direkam setelah sedasi untuk gelombang abnormal otak. -->untuk melihat fokus epilepsi. -->kadang dengan elektrode transsphenoidal, mandibular, and nasopharyngeal bila melalui kepala tidak mendeteksi.
Peran perawat :
Mendukung istirahat tidur pasien sebelum pemeriksaan.
Menghentikan Antiseizure agents, tranquilizers, stimulants, and depressants 24-48 jam sebelum pemeriksaan.
Coffee, tea, chocolate, and cola drinks dihilangkan saat makan pasien.
Informasikan pemeriksaan 45 – 60 menit, 12 jam untuk EEG tidur.
Yakinkan pasien bahwa tidak akan ada bahaya setrum lewat kabel yang akan ditempelkan.
Pasien perlu tenang saat perekaman.
Lubricant dapat dihilangkan dengan keramas.
Untuk EEG tidur --> ada lem yang dipakai -->hilangkan dengan aceton.
9. Electromyography
Elektromiogram (EMG) didapatkan dengan memasukkan jarum elektrode ke dalam otot skeletal untuk mengukur perubahan potensial listrik otot dan sarafnya.
Rekaman akan tampil pada oscilloscope and diperdengarkan by a loudspeaker so that keduanya suara dan tampilan gelombang dianalisa dan dibandingkan secara simultan.
Untuk membedakan gangguan neuromuskuler apakah itu karena saraf, atau karena sebab yang lain.
Jelaskan prosedur : rasa seperti diinjeksi, mungkin nyeri sebentar tetap ada setelah prosedur.
Selamat Belajar. GBU
Search This Blog
September 29, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment