Search This Blog

Showing posts with label Sistem Persarafan. Show all posts
Showing posts with label Sistem Persarafan. Show all posts

October 27, 2011

Pengkajian Neurologi

Pengkajian Neurologi

Pengkajian Neurologik :
-Status Mental
-Fungsi saraf cranial
-Bahasa dan bicara
-Tanda-tanda meningeal
-Status Sensorik
-Status Motorik



Pengkajian Lengkap
1. Riwayat Kesehatan
2. Manifestasi klinik :
    - Nyeri
    - Kejang
        - Sakit Kepala
        - Gangguan Pengelihatan
     - Kelemahan
    - Sensasi Abnormal


Pemeriksaan Fisik Neurologi : 5 komponen utama :
-Fungsi serebral,
-Saraf Kranial,
-Sistem Motorik,
-Sistem Sensorik,
-Refleks

Fungsi Serebral :
- Status Mental
- Fungsi Intelektual
- Isi Pikiran
- Status Emosi
- Persepsi
- Kemampuan motor
- Kemampuan Bahasa
- Pengaruh thd gaya hidup


Status Mental
- Tingkat kesadaran
- Orientasi
- Mood and behavior
- Pengetahuan
- Vocabulary
- Memory

- Tahu ini hari apa, tahun berapa, siapa nama presiden?
- Kesadaran laki-laki atau wanita?
- Sadar siapa pemeriksa, dan kenapa pasien berada di ruangan?
- Apakah kapasitas memori pendek (immediate memory) intact?

Fungsi Intelektual
- Seseorang dengan IQ rat-rata dapat mengulang 7 digit tanpa salah dan dapat  menghitung ke belakang 5 digit
- Mita pasien menghitung kebelakang dari 100 atau  mengurangi 7 dari 100, lalu 7 dari itu dst (called serial 7s) 
- Fungsi intelekturl lebih tinggi : misal apakah pasien tahu arti : “ burung menangkap cacing, seperti apa tikus dan anjing,

pensil dan pen. Apakah pasien dapat membuat penyimpulan tentang situasi-situasi yang dhhadirkan.


Isi Pikiran
•Apakah thoughts spontaneous, natural, clear, relevant, and coherent?
•pakah pasien punya  fixed ideas, ilusi, preokupasi (keasyikan)? Apa pandangan pasien terhadap pikiran itu?
•Preoccupation with death or morbid events, hallucinations, and paranoid ideation are examples of unusual thoughts or

perceptions that require further evaluation.

Status Emosi
•Apakah Afek (manifestasi eksternal dari mood) pasien alamiah, iritable dan marah, cemas, apatis atau datar, atau eforia?
•Apakah fluktuasi mood normal, atau tiba-tiba sedih – gembira?
•Apakah afek tepat sesuai kata-kata dan isi pikiran?
•Apakah komunikasi verbal konsisten denan nonverbalnya?

Persepsi
•Agnosia  = Adalah tidak mampu menginterpretasikan atau memberi perimbangan kepada obyek yang terlihat melalui inderanya.

Contoh melihat pensil tetapi tidak tahu apa itu dan untuk apa. Dapat mendeskripsikan tetapi tidak bisa menginterpretasikan

fungsinya.
•auditory or tactile agnosia as well as visual agnosia.
•Pasien dihadirkan obyek yang familiar dan minta mengidentifikasikan namanya.
Kemampuan motor
•cortical motor integration --> minta pasien menampilkan ketrampilan (throw a ball, move a chair).

Kemampuan Bahasa
•Apakah pasien menjawab pertanyaan dengan tepat?
•Dapatkah ia membaca kalimat dari surat kabar, dan menjelaskan artinya?
•Dapatkah pasien menulis namanya sendiri, apat membuat sama persis sesuatu bentuk yang dibuat oleh examiner ?
A deficiency in language function --> aphasia.

Pengaruh terhadap gaya hidup
•Identifikasi adanya isu-isu untuk pertimbangkan apakah ada keterbatasan peran di keluarga atau komunitas.
•Rencana perawat untuk memenuhi kebutuhan itu dan untuk mendukung adaptasi terhadap gangguan peran.

Tingkat Kesadaran
Tanda awal peningkatan tekanan intrakranial :
•Restlessness, disorientasi, letargy
•Sakit kepala
•Hemiparese kontralateral
•Tanda vital relativ stabil
•Pupil dilatasi ipsilateral
•Blurring of vission, penurunan ketajaman pandang, diplopia
•Muntah biasanya tidak terjadi
•Temperatur normal

Status Sensori
•Sentuhan
•Nyeri
•Temperatur
•Proprioseption

Motor Status :
•Gait and stance
•Muscle strength
•Muscle tone
•Coordination
•Involuntary movements
•Muscle stretch reflexes

Saraf Cranial
I.  Olfactory – fungsi penciuman – Identifikasi bau
II. Optic     - Sensorik -> vision    -> test ketajaman visual, inspeksi fundi, lapang pandang

III. Oculomotor – kontraksi pupil, gerakan kelopak mata atas, gerakan ekstra okuler --> test refleks pupil
IV. Trochlear – Motorik gerakan bola mata ke bawah / kedalam--> test gerkan bola mata.
V. Trigeminal – Motorik (gerakan rahang) sensorik (sensasi fascial)--> test gerakan rahang, sensasi wajah.
VI. Abduscens- Motorik (gerakan lateral mata)

VII. Facial – Motorik (otot wajah) sensorik (lidah 2/3 bagian depan)--> test gerakan wajah, identifikasi rasa.
VIII. Acoustic – Hearing (bagian chochlear) Balance (bagian vestibular)--> test bisikan, caloric test

IX Glossopharyngeal – Sensori (pharyng, posterior tongue, with taste Motorik (pharynx) Sensori (pharyx & larynx)--> test

identifikasi rasa
X Vagus –Motor (palatum, pharynx, larynx)--> test refleks muntah, gerakan uvula, gerakan soft palate, parau suara
XI Spinal accessory –Motor(sternocleidomastoid, bagian atas trapezius--> test gerakan bahu dan leher
XII. Hypoglosal –Motor(lidah)-> test gerakan lidah


Fungsi Motorik dan Refleks-Refleks

Lower Motor Neuron
•Terdiri atas sejumlah besar anterior horn cells di daerah abu-abu di spinal cord. Juga ditemukan di nukleus motor cranial di

batang otak.
•Mempengaruhi aktivitas otot skelet (voluntary dan refleks)
•Bila terdapat lesi akan mengakibatkan :
-Flacid otot, kelamahan, atau paralisis
-Kehilangan aktivitas refleks
-Kehilangan tonus otot
-Atrophi

Upper Motor Neuron
•Berasal dari strip motor korteks serebri dan dalam nukleus multiple batang otak.
•Axon melintas melalui batang otak, decusatio di medula, ke bawah melalui tractus corticospinal tract.
•Gabungan kerja LMN dan UMN adalah gerakan otot yang baik, lembut, terarah.
•Saat terjadi lessi di UMN misal pada CVA, maka akan mengakibatkan hemiplegia.
•Tanda upper motor neuron :
-Paresis atau paralisis tonus otot dan spastisitas
-Hiperrefleksia
-Late atropi from use
-Increasd muscle tone

Pada mulanya flaccid (hipotonic) dan hiporeflexic, secara bertahap refleks akan meningkat.


Pemeriksaan Fungsi Cerebellar & Sensori

1.Test light touch sensation
•Gesek kulit dengan katun, sikat lembut, atau ujung jari
•Tanyakan adanya sensasi dan lokasinya.

2. Test Nyeri Superfisial Dan Membedakan Tajam / Tumpul Nyeri
•Secara berurutan lakukan penyentuhan dengan jarum tajam dan tumpul
•Gunakan minimal tekanan
•Berhenti beberapa saat untuk memberi kesempatan klien merasakan

3. Test Sensasi Nyeri Dalam
•Renggut tendon seperti misalnya achiles atau bicep dengan jari dan tekan untuk membuat nyeri
•Jika pasien coma, lakukan dengan tekanan pada kuku jari  (nail bed)
•Normal : pasien meringis, atau deserebrasi / dekortikasi pada pasien coma

4. Test Temperatur
•Isi tabung reaksi dengan air hangat dan dingin berurutan
•Minta klien menyebutkan hangat atau dingin

5. Test Vibrasi Sensation
•Getarkan garpu tala, letakkan dasarnya pada tonjolan tulang misal : clavicle, sternum, sendi jari, dsb.
•Letakkan jari anda di bawah sendi
•Minta klien menyebutkan awal dan akhir getaran.

6. Test Posisi Sendi
•Mulai sendi paling distal
•Raih sendi misal sendi jari, gerakkan ke atas dan ke bawah
•Minta pasien menyebutkan yang dirasakan : ke atas atau ke bawah

7. Evaluasi Asosiasi Sensory
•Stereognosis= letakkan obyek yang dikenal di tangang pasien, minta klien menyebutkan
•Topognosia = sentuh salah satu jari, minta klien menyebutkan jari mana yang disentuh
•Graphognosia = jejakkan angka atau huruf di telapak tangan

Cek Membedakan 2 Titik
•Tekankan 2 jarum atau calipers ke kulit pasien. Minta menyebutan 1 atau 2 sentuhan yang dirasakan
•Normal jarak yang dirasa : ujung jari = 2,8-5mm telapak = 8 – 12 mm, dorsal hand = 20 -30 mm, dada / lengan bawah = 40 mm,

punggung = 40 – 70 m, lengan atas / paha = 75mm, tulang kering =30 – 40 mm

Evaluasi fungsi cerebellar
•Test finger to nose dengan mata tertutup. Atau minta klien menyentuh dengan telunjuk, jari telunjuk anda
•Hand movement = minta klien dengan cepat membalik telapak tangan

Romberg Test.
•Minta klien berdiri dengan kaki rapat. Pertama saat mata terbuka, catat goyangan badan dan kesulitan mempertahankan balance.

Lalu minta klien menutup mata.

Kekuatan Otot (O’Hanlon-Nichols, 1999).
5 --> full power of contractionagainst gravity and resistance or normal muscle strength;
4 --> fair but not full strength against gravity and a moderate amount of resistance or slight weakness;
3 --> just sufficient strength to overcome the force of gravity or moderate weakness;
2 --> the ability to move but not to overcome the force of gravity or severe weakness;
1 --> minimal contractile power—weak muscle contraction can be palpated but no movement is noted—or very severe weakness; and
0 --> complete paralysis.




Terimakasih

October 23, 2011

Askep Stroke

Askep Pasien dengan Stroke

2 Pembagian Utama Stroke :
1. Ischemic (85%), : vascular occlusion & significant hypoperfusion,
2. hemorrhagic (15%), adanya extravasation of blood into the brain (American Heart

Association, 2000).



Penyebab Stroke
•Ischemic strokes karena :
    1. large artery thrombosis (20%),
    2. small penetrating artery thrombosis (25%),
    3. cardiogenic embolic stroke 20%),
    4. cryptogenic (30%) and
    5. other (5%)

•Stroke perdarahan karena :
    1. Intracerebral hemorrhage
    2. Subarachnoid hemorrhage
    3. Cerebral aneurysm
    4. Arteriovenous malformation

Stroke Infark

Patofisiologi Stroke infark
•Turunnya aliran darah otak <25 mL/100 g/min -> pernafasan anaerob -> mitokondria

menghasilkan asam laktat --> perubahan pH, penurunan ATP --> gangguan pertukaran ion membran -->

penurunan fungsi sel.

•--> peningkatan permeabilitas membran terhadap kalsium --> kalsium masuk ke dalam sel &

pembentukan glutamat --> menyebabkan kerusakan cell membrane, diproduksi lebih banyak calcium
dan glutamate, vasoconstriction, and the terciptanya radikal bebas. -> perluasan area 

infark
•Daerah awal infark tersebut disebut dengan penumbra
•Calsium canel blocker dapat menghambat influks Ca ke dalam sel.


Manifestasi Klinik Stroke Iskemik :

Tanda dan Gejala
-Rasa tebal atau kelemahan pada wajah, tangan, kaki, khususnya satu sisi
-Kebingungan atau perubahan status mental
-Gangguan bicara atau memahami pembicaraan
-Gangguan Pengelihatan
-Kesulitan berjalan, kepeningan, atau kehilangan koordinasi keseimbangan
-Sakit kepala tiba-tiba
-Gangguan lapang pandang


Gangguan Pengelihatan perifer
Manifestasi :
- Sulit melihat pada malam hari
- Tidak menyadari obyek atau tepi obyek
Tindakan :
-Letakkan obyek pada pusat lapang pandang klien
-Dukung pasien dengan penggunaan tongkat atau obyek lain untuk mengidentifikasinya dalam lapang pandang perifer mereka.
- Kemampuan mengemudi perlu dievaluasi

Diplopia
Manifestasi : pandangan double

Tindakan :

- Jelaskan kepada pasien lokasi obyek saat meletakkannya dekat pasien
- Letakkan dengan konsisten alat-alat perawatan pada tempat yang sama.



Motor Deficits
Hemiparesis
•Manifestasinya : Weakness of the face, arm, and leg on the same side (due to a lesion in the opposite hemisphere)
Tindakan :
•Letakkan obyek dalam jangkauan pasien pada sisi yang
Instruksikan untuk melatih kekuatan pada sisi yang sehat.

Waspada : pada masa akut --> dapat terjadi infark kembali

Hemiplegia :
•Paralysis of the face, arm, and leg on the same side (due to a lesion in the oppositehemisphere)
Tindakan :
•range-of-motion exercises to the affected side.
•immobilization as needed to the affected side.
•Maintain body alignment in functional position.
•Exercise unaffected limb(angota badan)  to increase mobility, strength, and use.

Ataxia
•Staggering(kejutan) , unsteady(goyah) gait
•Unable to keep feet together; needs a broad base to stand
Tindakan :
•Support patient during the initial ambulation phase.
•Provide supportive device for ambulation (walker, cane).
•Instruct the patient not to walk without assistance or supportive device.

Gejala Lain
•Ataxia
•Dysarthria
•Dysphagia
•Paresthesia
•Verbal Deficits
•Coqnitive Deficits
•Emotional Deficits

•Kehilangan respon motorik
•Gangguan persepsi
•Gangguan sensorik
•Gangguan coqnitive & Efek Psichologic

Pencegahan
•Screening faktor risiko
•Nonmodifiable risk factors : umur, gender, race.
•Modifiable risk factor : hipertensi, atrial fibrillasi, hiperlipidemia, obesitas, merokok,diabetes.

Pengkajian pada fase akut
• Change in the level of consciousness or responsiveness as evidenced by movement, resistance to changes of position, and response to stimulation; orientation to time, place,and person
• Presence or absence of voluntary or involuntary movements of the extremities; muscle tone; body posture; and position of the head
• Stiffness or flaccidity of the neck
• Eye opening, comparative size of pupils and pupillary reactions to light, and ocular position
• Color of the face and extremities; temperature and moisture of the skin
• Quality and rates of pulse and respiration; arterial blood gas values as indicated, body temperature, and arterial pressure
• Ability to speak
• Volume of fluids ingested or administered; volume of urine excreted each 24 hours
• Presence of bleeding
• Maintenance of blood pressure within the desired parameters


Setelah fase akut
•assesses mental status (memory,attention span, perception, orientation, affect, speech/language),
•sensation/perception (usually the patient has decreased awarenessof pain and temperature),
•motor control (upper and lowerextremity movement), swallowing ability, nutritional and hydration status, skin integrity, activity tolerance, and bowel and bladderfunction.
•Pengkajian selanjutnya fokus pada : any impairment of function in the patient’s daily activities

Diagnosa Keperawatan
• Impaired physical mobility related to hemiparesis, loss of balance and coordination, spasticity, and brain injury
• Acute pain (painful shoulder) related to hemiplegia and disuse
• Self-care de.cits (hygiene, toileting, grooming, and feeding) related to stroke sequelae
• Disturbed sensory perception related to altered sensory reception, transmission, and/or integration
• Impaired swallowing
• Incontinence related to .accid bladder, detrusor instability, confusion, or dif.culty in communicating
• Disturbed thought processes related to brain damage, confusion, or inability to follow instructions
• Impaired verbal communication related to brain damage
• Risk for impaired skin integrity related to hemiparesis/ hemiplegia, or decreased mobility
• Interrupted family processes related to catastrophic illness and caregiving burdens
• Sexual dysfunction related to neurologic de.cits or fear of failure

Potensial Komplikasi
• Decreased cerebral blood .ow due to increased ICP
• Inadequate oxygen delivery to the brain
• Pneumonia

IMPROVING MOBILITY AND PREVENTING
JOINT DEFORMITIES

•the strong flexor muscles exert control over the extensors. --> The arm tends to adduct (adductor muscles are stronger than abductors) and to rotate internally.
•The elbow and the wrist tend to flex, the affected leg tends to rotate externally at the hip joint and flex at the knee, and the foot at the ankle joint supinates and tends toward plantar flexion.
•Lakukan tindakan untuk mengurangi tekanan, bantu mempertahankan good body alignment,
•Karena flexor muscles lebih kuat dari extensor muscles, a posterior splint applied at night to the affected extremity --> prevent flexion and maintain correct positioning during sleep.

Preventing Shoulder Adduction
•a pillow is placed in the axilla when there is limited external rotation; this keeps the arm away from the chest.
•A pillow is placed under the arm, and the arm is placed in a neutral (slightly flexed) position, with distal joints positioned higher than the more proximal joints.
•the elbow is positoned higher than the shoulder and the wrist higher than the elbow. This helps to prevent edema and the resultant joint fibrosis that will limit range of motion if the patient regains control of the arm


Positioning the Hand and Fingers

•The fingers are positioned --> barely flexed.
•The hand --> slight supination (palm faces upward), --> functional position.
•If the upper extremity is flaccid, a volar resting splint can be used to support the wrist and hand in a functional position.
•If the upper extremity is spastic, a hand roll is not used, because it stimulates the grasp reflex. a dor-sal wrist splint is useful in allowing the palm to be free of pressure.
•Every effort is made to prevent hand edema.

Changing Positions
•should be changed every 2 hours.
•A pillow is placed between the legs before the patient is turned.
•To promote venous return and prevent edema, the upper thigh should not be acutely flexed.
•The amount of time spent on the affected side should be limited if sensation is impaired.
•If possible, the patient is placed in a prone position for 15 to 30 minutes several times a day. A small pillow or a support is placed under the pelvis, extending from the level of the umbilicus to the upper third of the thigh.     This helps to promote hyperextension of the hip joints, which is essential for normal gait and helps prevent knee and hip flexion contractures.

•The prone position also helps to drain bronchial secretions and prevents contractural deformities of the shoulders and knees.


Establishing an Exercise Program

•The affected extremities are exercised passively and put through a full range of motion four or five times a day
•Guna latihan :
    - meningkatkan mobilitas
    - mencegah kontraktur
    - meningkatkan sirkulasi
    - mendapatkan kembali kontrol motorik
    - mencegah venostasis dan trombosis

•Pada awalnya ekstremitas flasid --> lebih sering dilakukan mobilitas
•Hati-hati tanda emboli atau kelebihan kerja jantung saat aktifitas meliputi : shortness of breath, chest pain, cyanosis,and increasing pulse rate with exercise.

Preparing for Ambulation
•Segera mulai saat pasien sadar“ pada stroke bleeding tidak bisa dilakukan sampai perdarahan hilang”
•mencapai duduk seimbang --> kursi roda --> mencapai berdiri seimbang --> latihan jalan.
•Waktu ambulasi sebaiknya pendek namun sering

PREVENTING SHOULDER PAIN
•70% pasien mengalami
•3 masalah terjadi : painful shoulder, subluxation of the shoulder, and shoulder–hand syndrome.
•A flaccid shoulder joint may be overstretched by the use of excessive force in turning the patient or from overstrenuous arm and shoulder movement.
•To prevent shoulder pain,  never lift the patient by the flaccid shoulder or pull on the affected arm or shoulder. If the arm is paralyzed, subluxation (incomplete dislocation) at the shoulder can occur from overstretching the joint capsule and musculature by the force of gravity when the patient sits or stands in the early stages after a stroke.

ENHANCING SELF-CARE
•The first step on the unaffected side. Such activities as combing the hair, brushing the teeth, shaving with an electric razor, bathing,and eating can be carried out with one hand and are suitable for self-care.
•The nurse must be sure that the patient does not neglect the affected side.

Managing sensory-perceptual difficulties
•Patients with a decreased field of vision should be approached on the side where visual perception is intact. All visual stimuli (clock,calendar, and television) should be placed on this side.
•The patient can be taught to turn the head in the direction of the defective visual field to compensate for this loss.
•The nurse should make eye contact with the patient and draw his or her attention to the affected side by encouraging the patient to move the head.
•The nurse may also want to stand at a position that encourages the patient to move or turn to visualize who is in the room.
•Increasing the natural or artificial lighting in the room and providing eyeglasses are important in increasing vision.
•The patient with homonymous hemianopsia (loss of half of the visual fiield) turns away from the affected side of the body and tends to neglect that side and the space on that side; this is called amorphosynthesis. The patient cannot see food on half of the tray, and only half of the room is visible. It is important for the nurse to constantly remind the patient of the other side of the body

Intervensi lain :
•Menolong Memenuhi Nutrisi
•Mencapai Kontrol Bladder / BowelMencapai Kontrol Bladder / Bowel
•Memperbaiki proses berpikir asien
•Mendukung komunikasi
•Mempertahankan integritas kulit
•Memperbaiki koping keluarga


•Menolong koping pasien menghadapi disfungsi seksual
•Mendukung asuhan berbasis komunitas dan rumah
•Kelanjutan Asuhan

Stroke Perdarahan
•Karena adanya perdarahan dalam jaringan otak, subarachnoid, ventrikel.
•80% terjadi karena hipertensi yang tidak terkontrol

Patofisiologi
•Metabolisme otak terganggu akibat terekspose darah, peningkatan tekanan intrakranial, iskemia sekunder, dan vaso spasme.

Manifestasi klinik
•Mirip dengan stroke iskemik
•Pada waktu sadar --> biasanya sakit kepala berat
•Tanda lain yang sering pada intraserebral hemoragik : muntah, perubahan kesadaran tiba-tiba, kejang focal,
•Coma

Komplikasi
•Rebleeding
•Cerebral vasospasm
•Acute hydrosephalus
•seizures

Pengkajian Keperawatan
Meliputi :
-Reaksi pupil yang lambat
-Disfungsi motorik / sensorik
-Defisit saraf kranial
-Gangguan bicara, pandangan
-Sakit kepala, kaku kuduk
-Perubahan tingkat kesadaran, ngantuk, kesulitan bicara

Diagnosa Keperawatan
•Ketidakefektifan perfusi serebral berhubungan dengan perdarahan atau vasospasm
•Gangguan persepsi sensori
•Kecemasan

Masalah Kolaboratif
Potensial Komplikasi :
•Vasospasm
•Kejang
•Hidrosephalus
•Reebleeding
•Hiponatremia

Intervensi optimalisasi Perfusi Jaringan Serebral
•Monitor ketat fungsi saraf : tekanan darah, pulse, tingkat kesadaran, reaksi pupil, fungsi motorik.
•Status Respirasi Juga diperhatikan

Aneurysm Precaution
•Sediakan lingkungan nonstimulasi
•Bedrest,  dalam ruang yang tenang, batasi pengunjung.
•Tempat tidur dinaikkan 15-30 derajad
•Aktivitas mendadak yang menyebabkan kenaikan tekanan darah dihindari.
•Pasien dipakaikan elastic complression untuk mencegah DVT
•Dilakukan personal care : makan dan mandi cegah stimulus yang mengerahkan tenaga lebih.

Mengurangi kecemasan dan gangguan sensori
•Stimulasi sensori yang minimun
•Pada pasien yang sadar, jelaskan pembatasan-pembatasan yang dilakukan
•Orientasikan realitas
•Buat pasien tetap diberi informasi yang tetap.
•Beri jaminan yang tepat.

Memonitor dan Memenej Komplikasi
•Waspada tanda vasospasme : sakit kepala yang meningkat, penurunan tingkat kesadaran (bingung, disorientasi, letargi) adanyaafasia, paralisis.
•Bila kejang : pertahankan jaln nafas, cegah injuri, beri segera obat antikejang
•Pasien dengan hidrosefalus : monitor tanda gangguan kesadaran : mengantuk, perubahan perilaku,ataix gait.
•Waspada tanda rebleeding : sakit kepala hebat, mual, muntah, penurunan tingkat kesadaran, defisit neurologis lainnya.
•Waspada tanda hiponatremia ( serum sodium < 135 mEq / L)

Terimakasih.
Sumber :
Smeltzer , Suzanne C. et all.2006. Brunner & Suddart, Medical – Surgical Nuring.11`ed.Walter Kluwer, Lippincott, Williams & Wilkins.

September 30, 2011

Askep Kejang / Epilepsi

Gangguan Kejang

Gangguan Kejang
•Adalah episoda aktivitas tidak normal dari motorik, sensorik, autonomik, atau psikik (atau kombinasi itu semua) sebagai akibat pengeluaran berlebihan sel-sel saraf serebral
•Penyebab dasarnya adalah gangguan pelepasan listrik yang tidak normal di bagian tertentu di dalam otak

Penyebab spesifik bervariasi, idiopatik (genetic, developmental defects) and acquired /didapat.



Penyebab meliputi :
•Cerebrovascular disease
•Hypoxemia of any cause, including vascular insufficiency
•Fever (childhood)
•Head injury
•Hypertension
•Central nervous system infections
•Metabolic and toxic conditions (eg, renal failure, hyponatremia, hypocalcemia, hypoglycemia, pesticides)
•Brain tumor
•Drug and alcohol withdrawal
•Allergies

Pengkajian Selagi Kejang
•Keadaan sebelum Kejang (stimuli visual, auditory, olfaktory, taktile, gangguan emosi, psikologi, tidur, hiperventilasi)
•Hadirnya aura (sensasi warning sebelum kejang bisa visual, auditory, olfactory)
•Hal pertama yang terjadi saat kejang (dimana gerakan atau kekakuan terjadi, posisi pandangan konjugasi, posisi kepala)
•Tipe gerakan, bagian tubuh yang terlibat

•Area tubuh yang terlibat
•Ukuran pupil, apakah mata terbuka
•Apakah mata atau kepala berpaling ke samping
•Ada tidaknya automatisms (aktivitas involunter)
•Inkontinen urine atau stool
•Durasi tiap kejang
•Tidak sadar, durasinya
•Adanya paralisis atau kelemahan setelah kejang
•Tidak mampu bicara saat kejang
•Gerakan-gerakan setelah kejang
•Apakah pasien tidur atau tidak setelah kejang
•Status koqnitif setelah kejang (bingung atau tidak)

•Setelah Kejang
Peran perawat : dokumentasikan kejadian yang membawa kejang dan selama kejang, dan mencegah komplikasinya.

Epilepsi
•Adalah sekelompok syndromes yang dikarakteristikkn dengan kembalinya kejang tanpa provokasi.
•Tipe dibedakan oleh bagaimana manifestasinya : 1) generalized seizures and 2) partial-onset seizures
•Epilepsy dapat primer (idiopathic) or sekunder (penyebab diketahui : misal tumor otak)

Etiology
•Banyak tak diketahui
•Trauma lahir, asphyxia neonatorum, head injuries, infectious diseases (bacterial, viral, parasitic), toxicity (carbon monoxide and lead poisoning), circulatory problems, fever, metabolic and nutritional disorders, or drug or alcohol intoxication
•brain tumors, abscesses, and congenital malformations.
•Paling banyak kasus epilepsy adalah idiopathic (penyebab tidak diketahui).
Pathophysiology
•Adanya ledakan energy elektrochemical sel saraf saat menjalankan fungsinya.
•Pasien dapat mengalami kehilangan kesadaran

Manifestasi Klinis
•Tergantung lokasi neuron yang melepaskan, rentang dari yang sederhana tanpa kejang sampai yang lama hingga kehilangan kesadaran.
•Pola awal mengindikasikan letak asalnya di dalam otak.

•Pada kejang yang kompleks penderita dapat bergerak pelan, gerak otomatis tapi tidak tepat, emosinya berlebih, takut, marah, gembira, atau peka rangsang

•Sering kali penderita tidak ingat kejadiannya.

•Generalized seizures, disebut kejang grand mal. Melibatkan kedua hemisfer otak sehingga kedua sisi tubuh

•Dapat terjadi intens rigiditas seluruh tubuh, lalu relaksasi dan kontraksi tubuh (tonic-clonic contraction)
•Stimulasi pada diaphragma dan otot dada  epileptic cry.
•Lidah sering tergigit, inkontinen urine / feses.
•Setelah 1 -2 menit gerakan convulsive mulai menurun, pasien relax, deep coma, bernafas keras.
•Respirasi abdomen. Setelah kejang pasien sering bingung dan sulit untuk bangun mungkin tidur beberapa jam.
•Dapat sakit kepala, nyeri otot, lemah, depresi

Perawatan selama Kejang
•Beri privasi, jangan sampai jadi tontonan
•Tenangkan pasien di lantai jika mungking
•Ease the patient to the floor, if possible.
•Lindungi kepala dari benturan
•Bebaskan pakaian yang ketat.
•Singkirkan perabot yang dapat melukai pasien.
•Bila pasien di tempat tidur, ambil bantalnya dan pasang pengaman.

•Jika pasien memberitahu sedang akan kejang (ada aura) --. Pasang airway untuk mencegah lidah tergigit.
•Jangan paksa membuka mulut pasien jika sedang kejang.
•Jangan mencoba memasang restrain saat kontraksi  dapat memicu kerusakan muskuloskeletal.
•Bila mungkin miringkan pasien dengan kepala fleksi ke depan mencegah lidah jatuh dan mendukung drainase saliba / mucus. Suction bila perlu

Perawatan setelah Kejang
•Biarkan pasien miring untuk mencegah aspirasi. Pastikan airway patent
•Pasien yang mulai sadar segera diorientasikan kepada lingkungan
•Bila terjadi agitasi setelah kejang (postictal), gunakan persuasi yang lembut dan restrain yang lembut pula.

Askep Disfungsi Neurologis : Peningkatan Tekanan Intrakranial

PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
ICP (Intra Cranial Pressure)
= keseimbangan volume dari JARINGAN OTAK (1400 g) + DARAH(75ml) + CSF(75 mL)

Karena keterbatasan ekspansi tulang tengkorak, peningkatan ketiga komponen di atas akan meningkatkan tekanan intra cranial.

•Tekanan intratorak (batuk, bersin, mengejan), postur, tekanan darah, oksigen sistemik, level karbondioksida --> meningkatkan ICP



Patofisiologi
•Etiologi :
-Paling sering : trauma kepala
-Tumor otak
-Perdarahan subarachnoid
-Encephalopaties toxic dan viral

Peningkatan ICP --> penurunan perfusi jaringan otak, stimulasi edema lanjut, herniasi otak
Penurunan Ali--> stimulasi pusat vasomotor --> peningkatan tekanan darah --> mpertahankan aliran darah otak. Manifestasi TD naik --> pulse lemah, napas yang ireguler

•Peningkatan tekanan parsial CO2 --> vasodilatasi serebral --> peningkatan aliran darah --> peningkatan ICP.
•Penurunan PCO2 --> vasokonstriksi --> membatasi aliran ke otak -> penurunan ICP
•Penurunan aliran vena --> meningkatkan ICP

Respon Serebral terhadap ICP
•Mempertahankan tekanan perfusi mantap bila tekanan arteri 50-150 mmHg dan ICP < 40mmHg. •CPP/cerebral perfusion pressure = mean arterial pressure – ICP •Normal CPP = 70-100 mmHg •CPP< 50 mmHg --> kerusakan neurologis ireversibel

Chusing`s response
•= Chusing`s reflex => saat CBF turun signifikan --> memicu pusat vasomotor -->respon simpatis --> peningkatan TD, pelebaran tekanan nadi, penurunan denyut jantung
•Kondisi dekompensasi --> iskemia dan infark dimulai --> perubahan status mental, tanda vital --> Bradikardia, hipertensi, bradypnea (Cushing`s triad) --> dapat terjadi herniasi otak, oklusi aliran darah serebral.

Manifestasi Klinis ICP
•Tanda awal --> perubahan tingkat kesadaran /level of consciousness (LOC)
•Berikutnya respiasi abnormal, dan respon-respon vasomotor.
•Perubahan tiba2 kondisi --> restlessness (tanpa penyebab yg jelas), bingung, ngantuk --> bisa karena komprsi otak akibat edema otak, perluasan lesi intrakranial, atau kombinasi keduanya.

•ICP meningkat --> stupor
•Pasien menjadi komatose, responmotor abnormal :
Decortication (abnormal flexi ekstremitas atas dan ekstensi ekstremitas bawah)
Decerebration (ekstensi ekstrem ekstremitas atas dan bawah)flasiditas.
Koma dalam --> pupil dilatasi, tidak ada refleks, respirasi terganggu / absen --> kematian

Tanda klasik peningkatan ICP awal:
- Gelisah, disorientasi, letargi
- Sakit Kepala
- Hemiparese Kontralateral
- Tanda vital relatif stabil
- Dilatasi pupil ipsilateral
- Pandangan kabur, penurunan ketajaman , diplopia
- Muntah biasanya tidak ada
- Temperatur Normal.

Tanda pupil --> kompresi nerves okulomotor (n. III) oleh herniasi. Lesi sebelah __. ipsilateral. Bila tekanan terus meningkat --> kedua hemisfere terganggu --> dilatasi pupil bilateral.

Gangguan diplopia / blurring / penurunan ketajaman biasannya terjadi pada pasien dengan peningkatan ICP. Diplopia biasa karena paralisis otot yang mengatur gerakan mata.

Tekanan Darah -->
akibat iskemia vasomotor pusat --> eksitasi serabut vasokonstriktor --> peningkatan tekanan sistolik.Bila tekanan terus meningkat --> penurunan TD terutama diastolik.
Tekanan pada vasomotor sentral juga meningkatkan transmisi parasimpatis --> penurunan denyut jantung. --> peningkatan bersamaan TD sistole & penurunan denyut nadi --> Cushing`s response. --> karakteristik tahap akhir peningkatan ICP.

Sakit Kepala--> karena kongesti vena & tegangan pada pembuluh intrakranial. Biasanya meningkat dengan adanya batuk, defekasi, membungkuk. Sering sakit kepala mendadak pada pagi hari sampai membangunkan penderita.

Respirasi --> karena herniasi otak sering menyebabkan disrithmia pada respirasi.
Cheyne-Stokes, Hiperventilasi, Apneustic, Cluster breathing, ataxic breathing, Gasping Breathing, Depressed breathing.

Hipertermia --> akibat gagal pusat termoregulasi

Tanda fokal motor neuron & sensoris ---> hemipareses & hemiplegi. Tanda Babinski, Hiperefleksia, rigiditas --> tanda penurunan fungsi motor.Kejang dapat terjadi.
Herniasi di atas batang otak --> deserebrasi & dekortikasi.

Papiledema --> perbesaran blindspot --> ketajaman pengelihatan turun

Muntah --> Projectile vomiting akibat peningkatan ICP

Hiccuping (cegukan) --> kompresi nerves vagus --> kontraksi spasmodik diafragma --> akibat kompresi batang otak karena herniasi --> segera laporkan dokter.

Diagnostic
•CT Scan, MRI, Cerebral angiography, PET, SPECT. Dsb. Dah kita bahas ya.

Komplikasi ICP
•Herniasi batang otak --> ireversible anoxia otak
•Diabetes Insipidus --> akibat penurunan sekresi ADH --> kelebihan urine, penurunan osmolaritas urine, serum hiperosmolaritas ---> terapi : cairan, elektrolit, vasopresin.
•Sindrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH) --> peningkatan sekresi ADH --> kebalikan Diabetes insipidus. --> terapi : batasi cairan,
3% hipertonic saline solution --> hati2 central pontine myelolysis --> tetraplegia dengan defisit nerves cranial.
Terapi lain SIADH --> lithium carbonate / demeclocycline --> blok aksi ADH

Manajemen Medis ICP
•Monitor tekanan ICP dan Oksigenasi Serebral
•Penurunan Edema Serebral
•Mempertahankan Perfusi serebral
•Mengurangi cairan serebrospinal (CSF) dan Volume Darah Intracranial
•Mengontrol Demam
•Mempertahankan Oksigenasi
•Mengurangi Kebutuhan metabolik

Penjelasannya ya….
•Monitor tekanan ICP dan Oksigenasi Serebral :

Proses Keperawatan
•Pengkajian :
- History
- Pemeriksaan neurologi : mental status, LOC, fungsi saraf cranial, serebral, refleks, motor / sensorik.
- Pasien kritis --> fokus pada pemeriksaan pupil, nerves kranial khusus, vital sign, ICP, GCS.

Diagnosa Keperawatan
•Ineffective airway clearance related to diminished protective reflexes (cough, gag)
•Ineffective breathing patterns related to neurologic dysfunction (brain stem compression, structural displacement)
•Ineffective cerebral tissue perfusion related to the effects of increased ICP
•Deficient fluid volume related to fluid restriction
•Risk for infection related to ICP monitoring system (fiberoptic or intraventricular catheter)

Masalah Kolaboratif
•Potensial Komplikasi Brain stem herniation
•P.K. Diabetes insipidus
•P.K. SIADH

Intervensi Mempertahankan Airway yang Paten
•Suctioning sekret --> hati-hati meningkatkan ICP.
•Hiperoksigenasi sebelum suctioning
•Kurangi batuk
•Kaji suara paru tiap 8 jam --> kongesti
•Elevasi tempat tidur bagian kepala

Mencapai Pola Napas adequat
•Monitor irama napas --> Cheyene-Stokes (tekanan pada struktur nidline), Hyperventilasi (tekanan pada otak tengah), ireguler / henti (tekanan batang otak )
•Monitor PaCO2 --> pertahankan level 35-45 mmHg
Optimalisasi Perfusi Jaringan Otak

Optimalisasi Perfusi Jaringan Otak
•Proper Positioning :
-Posisi netral kepala (midline) bila perlu pakai servical collar.
-Elevasi kepala 0 – 60 derajad atau sesuai advis
-Hindari rotasi ekstrem atau fleksi leher
-Hindari fleksi ekstreme hip --> meningkatkan tekanan intraabdomen dan thoraks

•Meminimalkan perubahan posisi pasien : ---> memutar tempat tidur, mengatur linen, memegang kepala pasien saat merubah posisi ---> meminimalkan stimuli yg meningkatkan ICP.
•Hindari valsalva maneuver --> stool softener --> high fiber diet, hidari enema cathartic. Saat pindah posisi, instruksikan pasien membuka glotis.
•Oksigen 100% sebelum suction
•Suction tidak boleh lebih dari 15 detik
•Hindari PEEP (Post End Ekspiratory Pressure)
•Monitor ICP saat intervensi tidak boleh lebih dari 25 mmHg, harus kembali ke baseline setelah 5 menit.
•Pasien mungkin perlu sedasi atau agen paralitik sebelum intervensi
•Hindari stress emosi atau gangguan saat tidur --> lingkungan yang tenang.

Pertahankan Keseimbangan Cairan Negatif
•Diuretik loop dan Osmotik
•Kortikosteroid (kecuali pada trauma)
•Batasi cairan
•Monitor turgor kulit, mukosa membran, urine output, osmolaritas serum/urine.
•Hati-hati infus yang terlalu cepat
•Monitor tanda vital
•Pasang kateter indwelling --> monitor produksi urine/ginjal --> output > 250 ml/jam kemungkinan Diabetes insipidus.
•Oral Hygiene, lubrikasi bibir, larutan nondrying, membuang krusta.

Mencegah Infeksi
•Tenik aseptik saat mengganti kantung drainase, memasang kateter IV / urine.
•Cek tidak boleh kateter leakage atau terlepas.
•Observasi drainase CSF laporkan adanya kekeruhan atau adanya darah.
•Monitor tanda demam, menggigil, kaku kuduk, sakit kepala yang meningkat.

Askep Disfungsi Neurologis : Perubahan Kesadaran

ASKEP PASIEN DENGAN DISFUNGSI NEUROLOGIS
Meliputi : 1. Perubahan Tingkat Kesadaran
2. Peningkatan Tekanan Inra Kranial
3. Kondisi Kejang
4. Sakit Kepala


Perubahan Tingkat Kesadaran:

Pengertian Perubahan Kesadaran
•Gangguan tingkat kesadaran adalah pasien yang jelas tidak terorientasi, tidak mengikuti perintah, atau memerlukan stimuli keras untuk mendapatkan kondisi sadar.
•Perubahan kesadaran merupakan kontinum dari tidak sadar sampai sadar penuh.
Koma
•Adalah keadaan klinis dari ketidaksadaran dalam mana pasien tidak sadar terhadap diri atau lingkungan untuk waktu yang lama (beberapa hari atau bulan atau mungkin tahun)

Akinetic Mutism
•Adalah suatu keadaan tidak respon terhadap lingkungan dalam mana pasien tidak bergerak atau bersuara, tetapi kadang-kadang membuka mata.

Persistent Vegetative
•Suatu kondisi dimana pasien digambarkan sebagai terbangun penuh tetapi sama sekali tiada kesadaran, tanpa fungsi mental koqnitif atau afektif.

Etiologi:
•Neurologi (Trauma Kepala, Stroke)
•Toksikologik (Overdosis Obat, Intoksikasi Alkohol)
•Atau Metabolik (Hepatik Atau Renal Failure, Diabetik Ketoasidosis)

Penyebab Dasarnya Adalah Kekacauan Dalam Sel Sistem Saraf, Neurotransmiter, Atau Perubahan Anatomi Otak.

Penyebab Gangguan Anatomi Otak
•Trauma
•Edema
•Tekanan Tumor
•Penurunan Atau Peningkatan Sirkulasi Darah Atau Cairan Serebrospinal

Manifestasi Gangguan Kesadaran
•Tergantung Dimana Pasien Berada Dalam Rentang Kesadaran
•Perubahan Respon Pupil
•Respon Membuka Mata
•Respon Verbal
•Respon Motor
•Perubahan Seperti Dari Kegelisahan, Cemas, Pupil Menjadi Lambat Respon, Dsb
•Pasien Koma Pupil Menjadi Tidak Respon, Tidak Membuka Mata, Atau Resp Verbal, Atau Menggerakkan Ekstremitas

Pengkajian Dan Diagnostik
•GCS (Glasgow Coma Scale)
•Prosedur mengidentifikasi penyebab :
- scanning
- imaging
- tomografi
- EEG
•Laboratory test (glukosa, elektrolit, amonia, BUN, osmolaritas, kalsium, ppt, serum keton, alkohol, tingkat obat, BGA, dll)

Komplikasi Perubahan Kesadaran
•Respiratory Failure
•Pneumonia
•Pressure Ulcers
•Aspiration
•Venous Stasis
•Kemerosotan Muskuloskeletal
•Gangguan Fungsi Gastro Intest.

Manajemen Medis Pada Perubahan Kesadaran
•Prioritas Utama --> Jalan Napas Paten (Intubasi, Trakeotomi)
•Ventilasi Mekanik
•Monitor Tekanan Darah Dan Nadi
•IV Kateter --> Cairan & Elektrolit
•Feeding Tube (Ngt, Gastrotomi)
•Obat-obatan Pencegah Komplikasi

Pengkajian Keperawatan
•Respon verbal --> orientasi waktu, tempat, orang, musim, anggota keluarga, visitors
•Respon membuka mata
•Respon motor -->dekortikasi, deserebrasi, flaccidity
•Body function --> sirkulasi, respirasi, eleminasi, keseimbangan cairan)

Diagnosa Keperawatan
•Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan kesadaran
•Risiko injuri berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
•Defisit volume cairan berhubungan dengan ketidakmampuan intake per oral
•Kerusakan mukosa membran berhubungan dengan pernafasan per mulut, tak ada refleks faring, perubahan intake cairan
•Risiko gangguan integritas kulit b.D. Imobilisasi
•Gangguan integritas jaringan kornea b.D. Hilang refleks kornea
•Termoregulasi tidak efektif b.D kerusakan pusan hipotalamik
•Gangguan eleminasi urine (inkontinen / retensi) b.D gangguan neurologi sensing & kontrol
•Inkontinen bowel berhubungan dengan gangguan neurologik sensing and kontrol dan juga b.D. Transisi metode pemberian nurisi
•Gangguan persepsi sensoris berhubungan dengan kerusakan neurologis
•Proses keluarga terputus berhubungan dengan krisis kesehatan

Masalah Kolaboratif
•PK. Gagal Napas
•PK. Pneumonia
•PK. Aspirasi
•PK. Pressure Ulcer
•PK. Trombosis Vena Dalam

Perencanaan Dan Tujuan
•Tujuan meliputi :
•Mempertahankan bersihan jalan napas
•Terlindung dari perlukaan
•Mendapatkan keseimbangan cairan
•Mukosa membran intak
•Tidak ada iritasi kornea
•Termoregulasi efektif
•Urinari eleminasi efektif
•Bowel kontinen
•Intak family / support person
•Tidak ada komplikasi-komplikasi

MEMPERTAHANKAN JALAN NAPAS
•Obstruksi Karena Lidah, Vomitus, Sekresi --> Airway, Posisi Lateral, Suctioning, Oral Higiene.
** hiperoksigenasi sebelum dan sesudah suctioning
** gerakan twisting (spiral/memutar) saat mengambil sekret.
•Fisioterapi dada
Auskultasi dada tiap 8 jam
Intubasi dan ventilasi
•Mencegah aspirasi --> posisi 30 derajad

Melindungi Pasien
•Siderails & restrain
•Lindungi dari potensi yang menyebabkan injuri ( restrain, balutan ketat, iritan, kain lembab, tube & drains)
•Melindungi martabat pasien --> bicara pada pasien saat melakukan tindakan, jangan bicara negatif --> mungkin pasien mendengar meskipun secara klinis koma.

Mempertahankan Keseimbangan Cairan Dan Nutrisi
•Kaji turgor kulit, mukosa membran, kaji trend intake – output, analisa lab
•Slowly iv cairan
•Feeding tube

Perawatan Mulut
•Inspeksi : kekeringan, inflamasi, krusta
•Lindungi bibir dari kekeringan dan kerak, krusta dengan olesan tipis petroleum
•Alihkan ke sisi yang berbeda jika pasien memakai ett (menghindari ulcer mulut)

Mempertahankan Integritas Kulit Dan Sendi
•Kaji skedul reguler perubahan posisi
•Hindari menyeret pasien ke atas --> friksi kulit
•Posisi tubuh yang tepat --> gunakan splints, foam boot aids pencegah footdrop
•Posisi :
trokanter roll
Tangan abduksi
Jari fleksi ringan
Tangan sedikit supinasi
•Penggunaan spesial bed (tempat tidur angin / air)

Memelihara Integritas Kornea
•Ambil debris / discharge dengan kapas saline
•Beri artifisial air mata tiap 2 jam
•Tutup mata hati-hati digunakan karena dapat membuat abrasi kornea
•Periokuler edema dapat terjadi pada post operasi kranial --> hati-hati penggunaan kompres dingin --> hindari kontak dengan kornea.

Mencapai Termoregulasi
•Jika hipertermi --> modifikasi lingkungan : jumlah minimum bedding (linen), atur suhu ruangan
•Orang tua yang tidak mengalami hipertermi perlu penghangat ruangan.
•Temperatur tinggi dapat terlalu membebani sirkulasi serebral dan oksigenasi, menyebabkan kekacauan serebral

•Strategi menurunkan hipertermi
- Ambil semua linen yang menutup pasien
- Ulangi dosis acetaminophen sesuai advis
- Beri cool sponge bath dan elektrik fan
- gunakan hypothermia blanket

Pencegahan Retensi Urine
•Palpasi blader rutin, portable blader ultrasound
•Inweling kateter dengan closed system pada masa akut
•Kaji adanya UTI : demam & kabut pada urine, drainase uretral
•Palpasi blader kembali rutin setelah pelepasan kateter.
•Intermitent kateter program
•Bladder training.

Mendukung Fungsi Bowel
•Kaji distensi abdomen, dengar bising urus, kaji lingkar abdomen
•Kaji risiko diare pada pemberian antibiotika dan cairan hiperosmolar
•Monitor jumlah dan konsistensi bowel
•Rectal examination
•Glycerine suppository
•Enema lower colon

Memberi Stimulasi Sensori
•Orientasikan pasien pada waktu dan tempat paling sedikit sekali tiap 8 jam
•Suara rumah pasien dan tempat kerja dapat diperkenalkan melalui recorder
•Keluarga dapat membacakan buku faforit pasien, acara televisi yang sebelumnya dinikmati pasien.
•Saat terbangun dari koma pasien sering mengalami agitasi --> menjadi lebih waspada sekeliling tapi masih suling bereaksi / komunikasi --> minimalkan stimulasi : kurangi kebisingan, hanya 1 orang boleh bicara pada pasien, sediakan waktu yang lama untuk pasien berespon.
•Saat sadar penuh kembali --> videotape keluarga, event-event sosial dapat dgunakan untuk menghadirkan event-event yang terlewatkan pasien

Memenuhi Kebutuhan Keluarga
•Menguatkan dan memperjelas informasi tentang kondisi pasien
•Libatkan keluarga dalam perawatan
•Dengarkan dan dukung ventilasi perasaan dan perhatian sementara mendukung posthospitalisasi manajemen
•Hati-hati menggunakan istilah kematian “brain dead” --> dapat membingungkan pasien.

Memonitor dan memanaje potensial komplikasi :
•Monitor Tanda Vital Lebih Intensif
•Monitor Hitung Total Darah, Analisa Gas Darah
•Fisioterapi Dada Dan Suctioning
•Curlture Untuk Mendeteksi Antibiotia Saat Terjadi Pneumoni
•Pencegahan Ulcer Kulit
•Monitor Deep Vein Trombosis --> Risiko Terjadi Emboli Paru --> Profilaksis : Subkutan Heparin
•Tigh-high Elastic Compression Stocking / Pneumatic Compression Stockings --> Menurunkan Risiko Trombosis Vena
•Observasi Kemerahan Dan Pembengkakan Ekstremitas Bawah Sebagai Tanda Deep Vein Trombosis.

Hasil yang diharapkan
•Mempertahankan bersihan jalan napas dan mendemonstrasikan suara napas yang tepat
•Tidak ada injuri
•Mendapatkan keseimbangan cairan yang tepat
•Mukosa membran yang sehat
•Integritas kulit normal
•Tidak ada iritasi korneal
•Mempertahankan termoregulasi
•Tidak ada retensi urine
•Tidak ada diare atau impaksi fecal
•Menerima stimulasi sensori yang tepat
•Anggota keluarga koping dengan krisis :
mengungkapkan ketakutan dan kecemasan
Partisipasi dalam perawatan pasien dan memberi stimulasi dengan bicara dan sentuhan
•Tidak ada komplikasi : ABG normal, tak ada tanda pnemoni, kulit intak, tidak ada trombosis vena dalam.

September 29, 2011

Pemeriksaan Diagnostik Neurologi

1. CT scan (computed tomography scanning)

Gelombang pendek sinar – x
Mengidentifikasi lesi tiap lapisan dalam kepala dan sumsum tulang belakang.
Pemberian kontras intra vena / spinal memperjelas hasil



Intervensi perawat :
Meliputi : persiapan & monitoring
Persiapan : ajar pasien berbaring tenang (tidak bergerak / bicara)
Bila klien agitasi, gelisah, bingung  sedatif sesuai advis medis.
Monitor bila pasien sedang & setelah mendapat kontras  alergi, efek samping lain : flushing, mual, muntah


2. Positron Emission Tomography (PET)

Adalah teknik imaging berdasarkan nuklir-komputer untuk mendapatkan imej fungsi organ.
Menggunakan inhalasi / intravena radioaktif
Berguna mengukur aliran darah, komposisi dan metabolisme jaringan otak , -2 dimensi
Bermanfaat mengetahui perubahan metabolik di otak (Alzheimer), lokasi lesi (tumor otak, lesi epilepsi), mengidentifikasi aliran darah dan metabolisme oksigen pasien stroke, mengevaluasi terapi tumor, mengungkap abnormalitas biokimia pada sakit mental.

INTERVENSI PERAWAT : ajari cara inhalasi obat, efek yang mungking timbul (eg, dizziness, lightheadedness, and headache)


3. Single Photon Emission Computed Tomography
3 Dimensi imej menggunakan radionuklir untuk mendeteksi single photons.
SPECT sangat berguna mendeteksi abnormalitas dan perluasan area perfusi otak, lokasi fokus kejang pada epilepsi, mengevaluasi perfusi sebelum/sesudah pembedahan., ukuran stroke
Kontra indikasi pada Pregnancy and breastfeeding.
Peran perawat : menemani dan memonitor selama transportasi. Monitor terhadap reaksi alergi terhadap radioaktif yang diinjeksikan.


4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Menggunakan bidang magnetik yang sangat kuat untuk mendapatkan imej tubuh pasien.
Berpotensi mengidentifikasi abnormalitas serebral sejak awal  lebih jelas daripada yang lain.
Memberi informasi tentang perubahan kimia sel --> memonitor respon terhadap pengobatan tumor.
Sangat bermanfaat dalam diagnosis multiple sclerosis dan dapat menjelaskan aktifitas dan perluasan penyakit otak / spinal cord.
Tidak melibatkan radiasi ionisasi

Menggunakan bidang magnetik yang sangat kuat untuk mendapatkan imej tubuh pasien.
Berpotensi mengidentifikasi abnormalitas serebral sejak awal --> lebih jelas daripada yang lain.
Memberi informasi tentang perubahan kimia sel --> memonitor respon terhadap pengobatan tumor.
Sangat bermanfaat dalam diagnosis multiple sclerosis dan dapat menjelaskan aktifitas dan perluasan penyakit otak / spinal cord.
Tidak melibatkan radiasi ionisasi

Intervensi perawat MRI :
Pasien disiapkan : ajari relaksasi, jelaskan bahwa dia dapat berbicara selama pemeriksaan karena ada mikrofon di dekat scanner.
Beberapa ada headphone untuk mendengarkan musik.
Sebelum masuk ruangan : tidak boleh ada logam yang terbawa ke ruangan MRI : meliputi tanki oksigen, tradisional ventiator, atau stetopkop
Bidang magnetik : secara teoritis dapat menarik obyek logam dengan kuat.
Dapatkan riwayat pasien tentang adanya logam yang ditanam (clip aneurisma, logam ortopedik, pacemaker, katub artifisial, intrauterine divices) : obyek 2 ini dapat mengalami malfungsi (menurun, atau naik tajam).
Pasien disiapkan --> ajari relaksasi, jelaskan bahwa dia dapat berbicara selama pemeriksaan karena ada mikrofon di dekat scanner.
Beberapa ada headphone untuk mendengarkan musik.
Sebelum masuk ruangan --> tidak boleh ada logam yang terbawa ke ruangan MRI : meliputi tanki oksigen, tradisional ventiator, atau stetopkop
Bidang magnetik --> secara teoritis dapat menarik obyek logam dengan kuat.
Dapatkan riwayat pasien tentang adanya logam yang ditanam (clip aneurisma, logam ortopedik, pacemaker, katub artifisial, intrauterine divices)  obyek 2 ini dapat mengalami malfungsi (menurun, atau naik tajam).


5. Cerebral Angiography
Dengan X–Ray --> mempelajari sirkulasi serebral dengan kontras intra arteri.
Digital Substraction angiography --> dengan komputer --> membandingkan sebelum dan sesudah kontrast
Intervensi Perawat : pasien harus cukup cairan, minum cair jernih, kencing sebelum tindakan.
Pasien tetap imobile selama tindakan, beritahu rasa sekilas yang akan dialami : hangat di wajah, belakang mata, di dalam rahang, gigi, lidah, bibir, dan rasa metal karena efek zat kontras
Prosedur : cukur , desinfeksi, pemberian anestesi lokal --> kateter dimasukkan ke dalam arteri femoral --> bilas dengan heparin salin --> masuk zat kontras
Monitor pasien setelah zat kontras masuk : defisit neurologi karena blok arteri ( perubahan tingkat respon dan kesadaran, kelemahan salah satu sisi tubuh, defisit motorik/sensorik, gangguan bicara).
Monitor adanya hematome setelah tindakan, -> ice bag
Monitor adanya emboli bagian distal --> cek puls perifer, warna, temperatur ekstremitas


6.Lumbar Puncture (Spinal Tap) And Examination Of Cerebrospinal Fluid
Menusukkan jarum ke dalam sela subarachnoid untuk mengambil csf --> sela lumal 3-4 atau 5.
Tujuan : memeriksa csf, mengukur / mengurangi tekanan csf, menentukan adanya darah dalam csf, deteksi spinal subarachnoid blok, memberi antibiotik intratekal.
Pasien harus relax --> kecemasan meningkatkan tekanan csf
Normal Tekanan CSF = 70 – 200 mmH2O
Bahaya pada lesi mass intrakranial --> herniasi otak ke bawah ke tentorium dan foramen magnum.
Queckenstedt’s test --> MENEKAN V. Jugular saat mengukur tekanan csf, dalam interval 10 detik dilepaskan. Normal (ada perubahan mendadak tekanan)

Cairan spinal :
- normal jernih, tidak berwarna. Warna pink, merah menandakan adanya kontusio, laserasi, perdarahan subarachnoid.
- Atau awalnya merah (karena trauma tusuk jarum lp) kemudian menjadi jernih.
- Segera periksa ke lab untuk jumlah sel, kultur, glukosa, dan protein.
15-30 % Pasien mengalami sakit kepala berdenyut, tumpul, dan dalam post LP utamanya saat duduk / berdiri --> akibat keluarnya CSF berlanjut --> volume CSF turun --> peregangan sinus-sinus vena --> nyeri.

Nyeri diatasi dengan : bedrest, analgetik, hidrasi
Bedrest : prone 2 jam, tidur miring datar 2 – 3 jam, supin 6 jam

Komplikasi LP :
Herniasi isi intrakranial
Abscess epidural spinal
Hematoma epidural spinal
Meningitis --> jarang tetapi merupakan komplikasi yang serius.
Komplikasi lain : masalah berkemih, kenaikan temperatur ringan, spasme atau nyeri punggung, kaku leher.

Assisting with a Lumbar Puncture :
SEBELUM PROSEDUR :
1. pastikan persetujuan tertulis telah ada
2. jelaskan sensasi yang akan dialami : dingin akibat desinfeksi, tusukan jarum akibat anestesi lokal
3. pastikan pasien apakah ada pertanyaan atau salah konsep
4. Minta klien berkemih sebelum prosedur

PROSEDUR (OLEH MEDIS)
1. Pasien berbaring miring di tepi tempat tidur, paha dan kaki fleksi sebanyak mungkin untuk meningkatkan spase atar spina rosesus vertebra.
2. Bantal kecil diletakkan di kepala --> buat posisi horisontal. Dan di antara kaki -->mencegah roll ke depan kaki atas.
3. Perawat membantu mempertahankan posisi --> tidak ada gerakan mendadak
4. Dukung pasien relak, napas biasa --> tidak boleh hiperventilasi --> mempengaruhi tekanan
5.Perawat menjelaskan step-step prosedur--> lebih baik dokter yang melakukan
6. Dokter membersihkan area tusukan, memberi drapes (handuk steril)
7. Injeksi anestesi lokal dilakukan, lalu penusukan jarum LP ke sela lumbal 3-4 atau 4-5 ke dalam subarachnoid space
8.Tekanan diukur, spesimen CSF diambil dalam 3 tabung reaksi steril, jarum ditarik.
9. Balutan kecil diberikan
10. Sample diberi label, segera kirim ke Lab.

POST PROSEDUR :
1. Iinstruksikan pasien tengkurap (prone) 2 – 3 jam
2. monitor komplikasi setelah LP, jika terjadi segera lapor dokter
3. Dukung intake cairan untuk mengurangi risiko sakit kepala.


7.Myelography :
Teknik pemeriksaan dengan sinar R-Ray setelah zat kontras diinjeksikan ke ruang subarachnoid melalui punsi lumbar.
Memberi gambaran umum ruang subarachnoid dan menampilkan distorsi spinalcord atau kantung dural spinal akibat tumor, kista, herniasi diskus vertebral, atau lesi-lesi yang lain.
Sudah banyak ditinggalkan dgn adanya MRI dan efek sampingnya yg berbahaya (zat kontras naik ke atas)

Peran Perawat dalam Myelografi :
- Penjelasan bila ps ndak ngerti penjelasan dokter
- Makan sebeumnya dihentikan (puasa)
- Pasien disiapkan LP
- setelah myelografi --> berbaring dengan kepala ditinggikan 30 – 45 derajad. Tetap di TT selama 3 jam atau sesuai advis dokter
- minum banyak kecuali ada kontraindikasi --> mengganti CSF
- Cek tanda vital
- Cek efek samping : sakit kepala, demam, kaku leher, fotofobia, kejang, tanda meningitis

8. Electroencephalography
Menghadirkan rekaman aktifitas listrik otak melalui elektroda yang ditempelkan di kepala, menampilkan hasilnya melalui kertas yang berjalan. Rekamannya disebut encephalogram.
Sangat bermanfaat mendiagnosa dan mengevaluasi gangguan kejang, koma, atau sindrom otak organik. Juga menentukan kematian otak.
Pasien berbaring, kedua mata tertutup, pasien mungkin akan diminta hiperventilasi 3 – 4 menit dan kemudian melihat cahaya untuk melihat stimulasi cahaya.
Tidur selama EEG juga direkam setelah sedasi untuk gelombang abnormal otak. -->untuk melihat fokus epilepsi. -->kadang dengan elektrode transsphenoidal, mandibular, and nasopharyngeal bila melalui kepala tidak mendeteksi.

Peran perawat :
Mendukung istirahat tidur pasien sebelum pemeriksaan.
Menghentikan Antiseizure agents, tranquilizers, stimulants, and depressants 24-48 jam sebelum pemeriksaan.
Coffee, tea, chocolate, and cola drinks dihilangkan saat makan pasien.
Informasikan pemeriksaan 45 – 60 menit, 12 jam untuk EEG tidur.
Yakinkan pasien bahwa tidak akan ada bahaya setrum lewat kabel yang akan ditempelkan.
Pasien perlu tenang saat perekaman.
Lubricant dapat dihilangkan dengan keramas.
Untuk EEG tidur --> ada lem yang dipakai -->hilangkan dengan aceton.

9. Electromyography
Elektromiogram (EMG) didapatkan dengan memasukkan jarum elektrode ke dalam otot skeletal untuk mengukur perubahan potensial listrik otot dan sarafnya.
Rekaman akan tampil pada oscilloscope and diperdengarkan by a loudspeaker so that keduanya suara dan tampilan gelombang dianalisa dan dibandingkan secara simultan.
Untuk membedakan gangguan neuromuskuler apakah itu karena saraf, atau karena sebab yang lain.
Jelaskan prosedur : rasa seperti diinjeksi, mungkin nyeri sebentar tetap ada setelah prosedur.


Selamat Belajar. GBU

September 16, 2011

Anatomi & Fisiologi Saraf



Dendrite => menerima pesan elektromekanik

Axon => membawa pesan dari tubuh sel


Neurotransmitter:
- Diproduksi dan disimpan di vesikel-vesikel sinaps.
- Menghantarkan impuls melewati celah sinaps
- Aksinya : potensiasi, terminasi, atau eksitasi aktivitas sel target.
- Biasanya multipel neurotransmitter terdapat pada synaps
- Ketidakseimbangan neurotransmitter menyebabkan berbagai penyakit

Gangguan akibat Ketidakseimbangan Neurotransmitter otak :













Cerebrum :
- 2 hemisphere dipisahkan oleh fissura longitudinal
- Tiap hemisphere dihubungkan oleh corpus calosum
- Bagian luar (warna kelabu) -> banyak neuron/cell body
- Bagian dalam (warna putih) -> serat nerves, neuroglia
Tiap hemisphere terbagi atas lobus-lobus :
1. Frontal -> paling besar
2. Parietal -> predominant sensory
3. Temporal -> auditory receptive area.
4. Lobus occipital -> interpretasi visual
5. Insula -> lobus sentral
6. Lobus limbik -> girus parahipokampal & unkus

Ingin terus membaca materi ini, silakan download :Click Disini